Eleven

307 30 3
                                    

Pict chapter 11 cover : Arzachel Benjamin Evrard

***

Semakin senyum merekah, orang yang lebih pendek menghapus jarak dengan cepat. Sambil menutup mata, menubrukkan bibirnya dengan bibir milik Jihan. Yang dikecup melebarkan matanya, kaget. Namun kecupan itu perlahan berubah menadi ciuman yang dalam, bibir atas dan bawahnya bergantian dihisap, membuat Jihan terhanyut dan menutup matanya. Saling menikmati rasa nikmat dan kehangatkan tubuh keduanya.

Mestinya Jihan tak kaget. Bukankah setiap mereka bertemu kembali, akan berbagi kecupan hangat?

Jantung yang berdebar mencoba Jihan abaikan, ia mencoba fokus menikmati apa yang dia rasakan sekarang. Namun justru sekelebat bayangan tiba-tiba muncul dalam kepalanya. Ia teringat kekasihnya, Icha. Dan seorang lelaki yang pernah cukup dekat dengannya.

Faris.

Jihan cukup brengsek, kan?

***

Reiza melepas lengan Arzachel yang memeluk perutnya. Ia duduk sampai pandangan matanya tidak melihat seperti bumi sedang berguncang (gempa). Reiza berjalan menuju kamar mandi di dalam kamar. Sungguh, ia merasa sangat lapar karena semalam ketiduran, tak sempat terbangun untuk menyantap pizza yang Jihan belikan.

Membuka pintu kamar dengan perlahan, Reiza melihat bungkus pizza dan minuman berserakan di depan ranjang, mengahadap TV. Melihat lebih ke atas, terlihatlah dua sosok berambut pendek saling berpelukan. Ia tak bisa melihat siapa orang yang dipeluk Jihan karena wajah orang itu terbenam di perpotongan leher anak gajah.

Reiza melangkah pelan, mencoba tak menimbulkan suara. Kini ia berdiri di samping ranjang, dan sekarang dapat ia lihat jelas siapa orang keempat di apartemen ini karena orang ketiga adalah Jihan.

Tak jadi berteriak, ia mengambil nafas sedalam-dalamnya, lalu meninggalkan kamar. Sesampainya di sofa tempat Arzachel tidur, barulah Reiza menghembuskan nafasnya.

Pizza yang diinginkan Reiza ludes oleh tamu tak diundang. Baiklah, Reiza coba mengabaikan itu. Ada hal yang lebih penting. Reiza mengodok saku jas milik suaminya, mencari sesuatu. Nihil. Tidak ia temukan. Kemudian ia menatap suaminya yang berselimut sampai leher. Menyibak selimut itu perlahan, ia kembali mengodok celana bahan yang masih dipakai Arzachel saat di pesta. Tercetak segi empat, dengan pelan ia mengambil ponsel milik Arzachel karena ponsel miliknya entah ditaruh dimana oleh Jihan. Naas, tangan Reiza yang memasuki saku celana membuat Arzachel kegelian.

“Ngambil apa?” Tanya Arzachel pelan, ia tak nyaman karena tidurnya terusik.

“Pinjam handphone kamu sebentar.” Dengan dahi berkerut, lelaki berambut emas mengambil ponsel dengan tangannya sendiri, dan menyerahkannya pada Reiza dengan mata tertutup. Reiza kembali ke kamar dengan membawa ponsel.

“Kan, nggak salah waktu gue bilang lo itu antara polos dan brengsek.” Reiza bermonolog. Ia berjalan ke sisi kiri ranjang. Di posisi itu terlihat jelas wajah tampan Jihan yang sedang molor. Sedangkan di posisi ini, lelaki yang dipeluk Jihan tak terlihat wajahnya, karena mereka saling berhadapan dan wajahnya terbenam antara dada dan leher Jihan, namun akan terlihat apabila Reiza berdiri di sisi kanan ranjang.

“Gue yang pesan pizza, kalian yang ngabisin. Gue yang tidur di sofa, kalian dengan bebasnya tidur di ranjang. Hm, salah gue juga sih tadi malam males pindah ke kamar.” Reiza sudah besiap dengan kamera di ponsel suaminya, untuk mengambil beberapa potret mereka yang tidur diranjang.

“Lo kelihatan makin brengsek karena tidur nggak pake baju, dan orang yang lo peluk selimutnya sampe atas kelihatan rambut doang. Yeah, lo anak gajah super brengsek. Saatnya gue sebar kebrengsekan lo pada pemirsa di seluruh dunia. Ah, gue nggak sekejam itu sih. Biar gue sebar ke Faris dan anak basket lainnya.”

YOURS 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang