29

255 37 81
                                    

Picture cover chapter 29: Arzachel Benjamin Evrard



***

"Inget waktu di rumah sakit. Kamu ngapain nungguin lama di depan ruang operasi?"

"Kan waktu itu, buru-buru banget para korban ditindak. Aku lihat rambut emas, kan..." Reiza menerawang ke waktu dua minggu yang lalu sembari menatap wajah suaminya. Namun perkataannya terhenti begitu saja.

"Kenapa?"

"Rambut kamu hitam."

"Itu tahu. Kan udah di cat hitam sebelum aku pergi kerja ke Semarang." Reiza merutuki kebodohannya dalam diam.

***

Memasuki minggu ke tiga puluh tiga, perut Reiza terlihat layak untuk segera melahirkan. Rambutnya kini memanjang melebihi bahu hingga ia mengikatnya lemas. Hamil tua tak membuat Reiza absen dari pekerjaannya. Kini lelaki dengan kulit terputih di Afrika itu sedang mengerjakan laporan keuangan bulanan gabungan perusahaan ayah mertua. Kejanggalan dan ketidaksesuaian nominal yang tertera di Microsoft Excel membuat Reiza berekspresi masam sejak tadi. Keputusannya sudah final. Ia akan menggugat sembilan pegawai yang mencuri uang perusahaan.

Opsi minimize di klik, lalu beralih membuka Microsoft Word, kemudian membuka file gugatan untuk mengedit daftar nama dengan format yang sama. Ia akan mengirimkan surat perizinan gugatan kepada mertuanya yang sedang berada di Jerman sana. Reiza adalah orang yang tak tanggung-tanggung menendang bokong orang hingga mengalami ratusan ancaman yang telah mengkhianatinya dalam pekerjaan setelah perusahaan memberinya fasilitas enak dan kesejahteraan.

Ketika email sudah terkirim, Reiza langsung menutup laptop tanpa repot-repot memadamkan laptop melalui shut down. Kaki besarnya ia jejakkan ke lantai, setelah berjam-jam ia bersila di kursi kerjanya. Perut yang besar membuat Reiza tak leluasa bergerak ataupun memposisikan duduk ,maupun tidurnya. Kakinya membawanya menuju sofa dekat dapur kemudian membaringkan diri sedikit menyamping.

Tak ada yang disembunyikan dibalik jubah tidurnya. Hanya fabrik tipis itu yang membalut setengah tubuh telanjangnya. Berbeda dengan Arzachel yang segera membersihkan diri dan berangkat kerja setelah percumbuan panas di pagi hari, Reiza hingga sore hari ini belum mandi.

"Huft.,,"

Hembusan nafas terdengar kasar, bukan karena lelah, melainkan karena Reiza lapar. Ia sudah menghabiskan tiga kemasan mie instan, tentunya tanpa sepengetahuan si kekasih hati. Bungkus mie telah ia buang ke tempat sampah dekat pintu lift di lantai apartemennya. Tak repot mengganti busana, Reiza masih seksi dengan jubah tidurnya sejak pagi. Tak ingin repot berfikir tubuh semoknya terlihat oleh orang lain.

Tak mungkin kini Reiza menyeduh mie instan lagi. Namun perutnya benar-benar tak ingin menggiling nasi. Perut besar ia usap dengan sebelah tangan. Tendangan sang janin yang tiba-tiba tak membuat Reiza meringis, Reiza hanya menutup mata sebagai respons. Apakah si kembar protes karena ia dimasuki lagi?

Tangan yang semula di perut, ia pindahkan ke bawah. Mengusap paha dalam hingga ke pangkal. Bahkan cairan yang mengering milik suaminya masih mengotori tubuhnya. Salahkan nafsunya yang akhir-akhir ini meninggi. Tak mentolerir sang pria dominan yang banting tulang lebih dari 12 jam sehari. Keinginan Reiza mutlak harus terpenuhi.

Drrt.... Drrt...

Suara getar ponsel membuat Reiza membuka mata. Ia bangun perlahan dari sofa menuju meja kerja yang tak jauh darinya.

YOURS 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang