Three

532 40 19
                                    


Bagian ini adalah chapter yang sangat panjang. Harap bersiap.

Chapter sebelumnya:

Saat nasi goreng milik Arzachel tersisa setengah, langkah kaki mungil Zeemarchel mendekat. Dengan menarik ujung baju yang dikenakan ayahnya, akhirnya membuat ayah Zeema menoleh ke arahnya. Arzachel segera memangku putranya berhadapan dengan tubuhnya. Zeemarchel mengucek matanya tanda ia masih mengantuk.

Pemandangan itu tak luput dari pandangan Nathan. Kini ia melihat dengan jelas rupa calon keponakannya. Sungguh manis! Wajahnya telihat sekali bahwa Zeemarchel keturunan Asia. Ternyata gen dari Reiza sangat dominan dalam pembentukan rupa anaknya. Nathan tak tahu saja, sifat Zeemarchel lebih banyak menurun dari ayahnya.

"Papa."

"Hm? Wanna eat?" Tanya Arzachel lembut pada putranya.

Bukannya menjawab langsung, Zeemarchel meraih wajah ayahnya untuk mengecup bibir Arzachel singkat. Nathan yang melihat hal itu seketika terbatuk. Makanan yang dikunyahnmya sebagian muncrat ke piringnya. Arzachel merengut tanda jijik.

"Yes, I'm hungry. Feed me please." Jawab Zeemarchel setengah mengantuk. Ia tak menghiraukan orang lain di sebelah ayahnya yang terbatuk hebat sambil melotot padanya.


***


Dentingan piano mengalun indah di ruang keluarga dalam rumah mewah itu. Jemari mungil Zeemarchel dengan lancar menekan tuts piano menghasilkan musik lembut. Meski jemarinya pendek karena ia masih tergolong balita, putra pertama Arzachel yang akrab disapa Zeema ini memiliki kekuatan yang baik untuk menekan tuts piano. Bakat dari ayahnya ini menurun dengan baik, meskipun Arzachel bukanlah seseorang yang menjadikan musik sebagai pekerjaannya. Ia mengerti musik dengan baik walaupun hanya sekedar hobi.

Berbeda dengan ayahnya, dalam sehari Zeema banyak menghabiskan waktunya dengan bermain musik daripada bermain dengan teman seusianya. Sang ayah yang menyadari itu menghadirkan salah seorang sahabat kampusnya sebagai guru musik khusus Zeema karena Arzachel cukup sibuk sebagai dosen serta mengemban tugas mengurus perusahaan kakek neneknya dari pihak ibu juga sebagian perusahaan ayahnya.

Tapi kini Zeema dengan perasaan senang bermain piano didampingi ayahnya. Alunan musik yang menenangkan itu terdengar di telinga Nathan. Membuat langkah kakinya mendekati sumber suara dengan masih mengucek matanya.

Dering ponsel Arzachel tak membuat Zeema menghentikan permainan pianonya. Ia tetap melanjutkan permainan meski sang ayah telah bangkit untuk menerima telepon.

"Rei, kenapa?"

"Agensi manggil Zeema buat pemotretan Minggu ini!"

"Ya ampun Rei, masa iya Zeema harus pulang sekarang. Ingat perbedaan waktu kita Rei. Zeema lagi di Indonsia, bukan London tempat kamu sekarang berada."

"Bayarannya besar, Arza. Kali ini dari Driona Grape, fashion pesta balita. Pokoknya aku ingin ada Zeema disini besok pagi."

Arzachel memijit keningnya pelan. Tak suka akan sikap Reiza barusan. Ia merasa Reiza berbeda dengan yang dulu, Reiza yang malu-malu dan manis. Sekarang Reiza bahkan berani membentaknya. Arzachel sedikit merasa bersalah pada dirinya sendiri yang merasa belum maksimal membimbing Reiza menjadi seseorang yang lebih baik. Tak jarang ia sering kalah oleh Reiza.

Nathan melihat Arzachel yang sedang menelepon namun ia lebih tertarik untuk mendekati calon keponakannya. Zeema menyadari kehadiran orang lain di dekatnya namun ia tetap melanjutkan permainan pianonya.

YOURS 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang