23

333 36 7
                                    

Picture Chapter Cover 23: Arzachel Benjamin Evrard, Reiza's Husband

***

"Aku nggak mengizinkan kamu ikut ke kantor polisi. Biar Pak Hendra dan rekannya yang bantu. CCTV warga komplek sebelah jadi bukti. Aku nggak bisa mengurung kamu di rumah supaya aman, kamu pasti nggak suka itu. Setelah melihat kamu celaka, aku kurang bisa memercayakan kamu dijaga oleh orang lain. Aku harus selalu ada di sisi kamu, Rei." Kedua punggung tangan Reiza dikecup suaminya.

Arzachel tak bisa membayangkan Reiza yang tengah hamil melawan penjahat seorang diri. Dulu Reiza pernah terluka karena pengeroyokan oleh anak buah Filo dan sekarang kejadian secamam ini telah terulang lagi. Meski luka goresan benda tajam menghiasi beberapa bagian tubuhnya, Reiza tak merasa bahwa itu luka serius, sehingga ia memilih untuk cepat tidur daripada mengobati luka-lukanya.

Luka lebam juga terlihat bengkak dan berwarna merah keunguan, membuat Reiza susah bergerak dan merasakan linu dan ngilu di tubuhnya. Kini mereka berada di ruang keluarga lantai satu, menunggu teman-teman tim basket Reiza yang ingin menjenguknya.

"Pekerjaan disini aku lepaskan. Papa pasti dapat pengganti aku secepatnya, karena aku harus bersama kamu dua puluh empat jam." Ucap Arzachel dengan nada pelan. Reiza duduk berselonjor kaki dengan Arzachel yang duduk di bahu sofa sebagai sandarannya.

"Aku akan berusaha untuk baik-baik aja. Kamu jangan terlalu cemas." Reiza memeluk lengan Arzachel erat. Dada bidang Arzachel membuat punggung Reiza terasa hangat dan nyaman.

"Aku nggak bisa seandainya melihat kamu terluka lebih dari ini." Bisik Arzachel di telinga kiri Reiza. Reiza sengaja menoleh ke kiri untuk dapat mengecup bibir suaminya.

"Papa buleee! Kami dataaaang!!" Sebelum Jihan memasuki ruangan, suaranya lebih dulu terdengar, membuat Reiza melepas ciuman dan langsung menutup telinga mendengar suara Jihan yang menggelegar.

Jihan datang dengan kedua tangan membawa banyak buah tangan, diikuti oleh beberapa pemuda sebayanya yang juga membawa sesuatu untuk Reiza. Karena ternaungi tubuh suami, Reiza belum terlihat oleh teman-temannya. Barulah setelah mereka mendudukkan diri di sofa, tubuh Reiza baru terlihat.

"Astaga Reiza! Muka lo kenap—"

"Apa lo? Hah? Mau bilang muka gue kayak bola? Bulat? Badan gue gendut?"

"Bu—"

"Bilang aja gue gendut! Nggak akan gue larang! Gue sadar diri kok!" Ucapan Adhy terpotong dua kali. Reiza terlalu bernafsu untuk meneriakinya. Padahal Adhy kaget karena wajah Reiza ada banyak bekas luka.

"Rei, kok bisa sih elo dicegat begal?" Nizar bertanya dengan wajah begitu tersirat rasa khawatir. Adhy dan Bara masih terdiam, memerhatikan tubuh Reiza yang besarnya dua kali lipat sejak terakhir mereka bertemu, itu dua bulan lalu. Sekarang Reiza sudah sebesar anak ikan paus.

"Lo sekarang berapa kilo, Rei?" celetuk Bara tiba-tiba. Jihan ingin menjitak kepala Bara saat ini juga. Mereka tak tahu saja bahwa Reiza yang sekarang sedang hamil ini lebih bawel dan galak. Setiap nada bicaranya seperti mengajak berperang, padahal orang-orang berbicara pada Reiza dengan nada biasa.

"Tujuh puluh lima! Kenapa emang? Mau nyaingin gue?" Semprot Reiza lagi. Arzachel hanya mengelus rambut Reiza pelan, mencoba menenangkan. Tapi justru Arzachel tak bisa menahan kekehannya, membuat Reiza mengalihkan pandangan ke belakang untuk melihat wajah suaminya.

"Kenapa ketawa? Mau bilang aku gendut juga? Hah?" Semprot Reiza.

"Mau sampai seratus kilo juga papa bule bakal tetap cinta." Ucap Jihan. Reiza melotot padanya namun pipinya bersemu merah, kentara sekali dengan kulit putihnya.

YOURS 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang