Thirteen

339 33 12
                                    

"Bukan, 2% itu ketentuan yang dulu. Limit sampai 50 juta."

"...."

"Ya, betul. Kami menyeleksi yang berhasil dengan modal awal sangat rendah."

"....."

"Bukan yang itu. Alamat surel dikirimkan kemarin pukul tiga sore, lebih dari itu akan diproses esok hari."

"...."

"Rapat pukul 9, dengan masing-masing asisten mendampingi. Soft file dikirim tiga hari sebelum presentasi."

"...."

"Ya, terima kasih kembali."

Lima menit lalu Adhy telah sampai di hadapan Reiza. Belum ada sapaan yang keluar dari mulutnya karena Reiza masih sibuk bertelepon ria entah dengan siapa.

Tatapan dingin Reiza menyambutnya, dan Adhy merasa seperti akan melakukan wawancara sebagai tes masuk kerja. Padahal ia yang meminta Reiza datang dan Adhy sendiri yang akan mengajukan banyak pertanyaan pada sahabat awet mudanya ini.

"Tanya yang penting-penting dan kalau gue nggak jawab nggak usah maksa. Ngerti?" Belum apa-apa suara Reiza sudah mengintimidasi.

"Boleh gue pesen makanan dulu?" Tanya Adhy. Reiza menjawab dengan gestur tubuhnya dengan tangan kanan mempersilakan.

Adhy melihat laptop dan beberapa berkas di meja serta secangkir kopi. Memang Reiza sekali. Sambil menyelam minum air. Dulu juga Reiza selalu membawa tugasnya kemanapun. Bahkan ia mengerjakan latihan soal olimpiade Fisika selesai latihan karate dan saat istirahat klub basket. Hebatnya, tak ada berkas yang tercecer dan selalu tersusun rapi.

"Kenapa lo menghindar waktu pesta pernikahan gue?"

"Muka lo nyeremin."

"Hah?"

"Pertanyaan selanjutnya." Adhy jadi mingkem lagi. Memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang akan ia ajukan. Mulai dari mana dulu, ya?

"Lo kuliah dimana?" Berita Reiza yang mengundurkan diri dari kedokteran UI memang sudah diketahui banyak orang. Seluruh anggota ekskul basket, misalnya.

"Brookes University." Reiza sebenarnya takut menjawab ini, takutnya berentet kemana-mana dan ia tak ingin nama Arzachel keluar dari mulutnya dalam pembicaraan ini dengan Adhy.

"Dimana itu?" Emang otak pas-pasan jarang lihat atlas atau Google Maps kali ya? Batin Reiza.

"England." Reiza makin cemas dibalik wajah datarnya. Arzachel juga di England. Serumah malah, bahkan sudah berekor satu (Zeema).

"Jurusan apa?"

"Manajemen Bisnis." Reiza menjawab singkat, sebelum menyeruput kopinya.

"Kenapa ngundurin diri dari UI?" Nah, kan. Adhy yang bertanya namun ia sendiri yang merasa tegang.

"Berubah pikiran."

"Kenapa?" Tanya Adhy lagi, ingin tahu detailnya.

"Skip."

"Sekarang kerja dimana?"

"Indonesia."

"Sebelum ini lo kerja dimana?"

"England." Jawaban Reiza sedikit membuat Adhy kesal.

"Iya gue tahu, maksudnya nama perusahaannya apa?" Tanya Adhy lagi dengan sabar.

"SKIP!" Reiza sedikit berteriak setelah menenggak habis sisa kopinya.

"Nggak usah nge gas juga." Adhy merasa Reiza jadi sedikit menyebalkan.

YOURS 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang