Sixteen

355 34 27
                                    

Pict Chapter 16 Cover: Elizabeth Jacqueline Evrard (Liza/Jacky)

***

"Janin kembar non identik. Usia satu bulan. Main basket, merokok overdosis, nyetir mobil selalu ngebut, dan sibuk menyembunyikan identitas. Dinding rahim meluruh karena banyak benturan dan jadi pendarahan hebat.

Dua kantung janin masih menempel erat seolah mereka berusaha untuk bertahan agar tidak lenyap. Mereka yang masih segumpal darah. Belum bernyawa. Pada situasi seperti itu mestinya sudah keguguran karena benturan dan tekanan.

Zeema adalah sebuah keajaiban bagi aku dan sekarang muncul keajaiban lagi. Kamu yang mengandung tapi janin itu juga bagian dari aku, darah daging aku. Calon anak aku juga. Kalau kamu nggak menginginkannya terserah, kamu bisa lakukan apa yang kamu suka. Tapi aku nggak akan pernah memberi maaf.

Keluarga itu bekerja sama. Kalau kamu nggak bisa diajak kerja sama lagi, silakan lepas."

Lengan kanan Arzachel memang sedang dipeluk Reiza yang posisinya setengah tidur, dan tangan kirinya menyisir rambut Reiza pelan. Akan tetapi air mata Reiza terus berjatuhan. Tak ada isak tangis, tapi air mata turun dalam situasi sunyi. Hanya suara Arzachel yang terdengar.

Ranjang rumah sakit memuat beban tubuh mereka berdua. Selang infus berada di sebelah kiri Reiza, maka dari itu Arzachel berada di sebelah kanannya. Ketika tangan kanan Arzachel diremat, sang istri meminta untuk ditatap. Kedua tangan menghapus tangisan, sebelum menyisir rambut kebelakang untuk memberikan akses ciuman tanda sayang.

Selalu begitu, seperti dulu. Mencium suaminya adalah obat dari rasa takut dan gelisah. Ciuman yang dalam begitu hangat. Meski Reiza berhenti memagut, Arzachel masih menempelkan bibirnya.

Reiza yang sudah hidup dengan Arzachel bertahun-tahun mulai mengerti, arti dari kecupannya apabila dirangkai menjadi kata-kata akan terdengar, "I'll always love you". Hanya kalimat sederhana, namun sungguh menenangkan hati Reiza.

***

"Kenapa lo nggak bilang tentang Reiza? Atau tentang lo yang bakal jadi adik iparnya Reiza?" Adhy memang bertanya menuntut dan serius, namun tatapannya tertuju pada sahabatnya, Reiza yang tertidur pulas di ranjang rumah sakit. Penempatan ruang rawat inap VIP menjadikan ruangan lebih luas dengan sofa lebar dan muat untuk dimasuki lebih dari enam orang.

"Entah. Gue hanya mengikuti alur dan arus, mengalir aja." Nathan menyandarkan punggungnya pada sofa sedang Adhy duduk di sebelahnya.

"Sejak kapan Reiza jadi gay?" Kini Adhy bertanya dengan menolehkan wajahnya dan bersitatap dengan adik kelasnya yang cukup tampan itu.

"Whoa, itu pertanyaan yang sensitif. Kenapa nggak coba tanya sama kak Reiza langsung atau kak Abe?" Saran Nathan. Memang ia tidak tahu sama sekali sejak kapan orientasi seksual Reiza menyimpang, begitupun dengan Arzachel, kakak kandung dari tunangannya.

Pintu kamar rawat Reiza terbuka tiba-tiba, mengagetkan kedua insan yang sedang duduk di sofa dengan tenang. Arzachel pertama masuk dengan menggendong seorang anak yang memeluk erat lehernya. Disusul dua wanita sangat cantik berbeda usia, pandangan ibu Arzachel tertuju kepada dua orang laki-laki yang sedang duduk di sofa.

Nathan segera tersenyum dan membungkuk hormat, sedangkan Adhy tak mengalihkan pandangannya sama sekali. Tanpa sadar ia terpesona oleh wanita paruh baya dan anak perempuannya.

Liza, atau Jacky, Arzachel memanggilnya begitu, ia membawa dua koper besar, dan segera di bantu oleh tunangannya, Nathan untuk disimpan di sebelah sofa paling ujung. Wajah Nathan memerah, antara bahagia dan malu melihat tunangannya secara langsung untuk ketiga kalinya. Setelah menyimpan dua koper besar, Liza segera menghampiri sisi ranjang dimana Reiza terlihat sedang tertidur pulas. Wanita yang lebih tua memandang Reiza sejenak, kemudian mengalihkan pandangan pada anak sulungnya.

YOURS 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang