20

301 38 8
                                    

Pict chapter cover 20: Kirei & Kaika

***

"Kalau lo berencana nikah, lo jangan terlalu dekat sama adik lo."

"Apa hubungannya, papa bule?" Jihan bertanya heran.

"Lo udah kelewat batas, Han. Harusnya gue bilang dari jauh-jauh hari. Tapi baru sekarang gue bisa diskusikan ini. Lo pasti bisa membayangkan seandainya Reiza tahu, kepala lo nggak hanya dijitak, tapi dipisahkan dari tubuh lo. Mau?" Sergah Arzachel dengan nada mengancam.

"Maksud papa bule apa sih?"

"Lo pacarnya Icha, kan?"

"Ya jelas, dong!"

"French kiss sama adik lo, itu normal?" Tanya Arzachel telak. Jihan langsung berekspresi horor.

Jihan tak mampu menatap wajah Arzachel. Ia takut dan malu, maka ia menundukkan wajahnya.

"Waktu gue lihat kalian ciuman, gue berusaha untuk berprasangka baik, mungkin kalian terlalu kangen satu sama lain. Zeema dan gue juga terbiasa berbagi kecupan. Tapi lo sama Kaika? Kayak foreplay sebelum sex tahu nggak?!" Arzachel sudah terlalu kesal hingga ia meninggikan nada bicaranya.

Prang

Kedua pasang mata berbeda warna lensa seketika menoleh ke sumber suara. Arzachel dan Jihan melihat Reiza yang menatap horor pada pemuda blasteran Jepang-Indonesia tersebut. Gelas berisi air yang akan Reiza minum pecah karena terlepas dari genggaman Reiza.

Pecahan beling remuk saat Reiza melangkah dengan sandal rumahnya. Arzachel bingung harus berkata apa, ia hanya menatap Reiza cemas. Arzachel merasa bersalah karena membicarakan hal privasi ini di dapur. Meski malam semakin larut dan ia bersuara kecil, nyatanya terdengar oleh Reiza yang sebenarnya setiap tengah malam bangun untuk makan minum.

Jihan sedikit lebih tinggi dari Arzachel. Reiza yang kini sudah berdiri di hadapan Jihan, mendongakkan wajahnya karena tinggi Reiza sebatas leher Jihan. Mata Reiza bersitatap dengan netra Jihan dengan mata berair, siap tumpah kapan saja.

Plakk

Sudut bibir kiri Jihan yang sudah sembuh bekas tamparan Faris kini terluka lagi. Rasanya tiga kali lebih sakit hingga membuat Jihan pingsan.

***

Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Arzachel yang penuh keringat. Reiza yang bersandar di kepala ranjang sambil membaca benda terlarang langsung mengalihkan pandangannya. Benda yang ia pegang disandarkan dengan pelan, dan perlahan tertelan selimut. Meski sebenarnya Reiza begitu kaget, ia tak boleh bersikap mencurigakan.

"Gimana pemotretannya?" tanya Reiza dengan wajah dibuat sedikit manis, meski sebenarnya mood nya hancur sejak setengah jam lalu.

"Aku? Baik. Jihan, masih perlu latihan." Arzachel mendudukkan diri di tepi ranjang. Ia melepas ranselnya dari punggung, membuka ransel dan menaruh laptopnya di sisi Reiza.

"Jihannya mana?" tanya Reiza sambil menatap suaminya yang sedang membuka laptop. Arzachel menatap Reiza sebentar sebelum padangannya kembali fokus pada layar laptop.

"Ada di bawah."

"Kalau perlu, Jihan tetap tinggal disini sampai adiknya kembali ke Jepang." Reiza dengan tiba-tiba membahas mengenai Jihan yang ketahuan bromance menyerempet incest.

"Kita nggak berhak untuk bertindak sejauh itu. Masa kita larang adik kakak bertemu." Dahi Arzachel berkerut tidak setuju. Ia memang marah dan kecewa pada Jihan, namun ia tak ingin memerlakukan Jihan seperti anak kecil. Jihan hanya perlu diarahkan.

YOURS 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang