34

262 30 10
                                    

Picture cover chapter 34: Arzachel Benjamin Evrard

***

Dalam beberapa tahun, tempat tinggal yang sepi kini semakin sepi. Orang tua bekerja, maka Filo dan Sophia amat mengerti. Mereka berdua bisa saling menjaga dan melindungi. Tak melulu bergantung pada asisten rumah tangga. Toh sejak kecil Sophia adalah perempuan yang mandiri. Setiap mereka ingin makan, hanya Filo ringan tangan dan menerima suapan. Artinya, Filo tak perlu repot-repot mengotori atau melepas konsol saat bermain game karena Sophia akan menyuapinya.

Semakin beranjak dewasa, kediaman Filo semakin sepi. Tak ada lagi suara nyaring dimana nyanyian Sophia terdengar menggema. Tak ada lagi kecupan di dahi sebelum ia menjemput mimpi. Jika di rumah, tak ada lagi saingan cinta karena Sophia hanya menjadi seorang kakak. Bukan kakak yang sempurna, karena Filo juga terkadang menangis karenanya.

Dimana Sophia menjalani sehari penuh bersama dengan kekasihnya, Arzachel, yang ternyata tak bisa dimiliki olehnya.

"Your heart has go on." Suara Filo tak menggema di dalam kamarnya. Akan tetapi suara yang amat dirindukannya merasuki gendang telinga.

"Filo?" Suara anggun terdengar halus di pendengarannya. Filo sungguh amat merindukan, namun bukan berarti ia akan mengekspreskan kerinduan.

"Mama." Seorang wanita paruh baya juga sama tersentuhnya ketika Filo memanggilnya Mama. Namun matanya menunjukkan kekagetan meski sejenak.

Rambut Filo memanjang melebihi bahu, dua anak rambut menghiasi wajah cerahnya. Hidung Filo mancung tetapi cukup mungil persis kakak kembarnya. Alisnya juga tak terlalu lebat seperti alis Reiza. Rupa Filo cukup terlihat tegas, namun juga terlihat lembut saat bersamaan. Sebagai Ibu kandungnya, Mama Filo dapat melihat ketenangan dalam diri putra satu-satunya. Tak terlihat raut dingin seperti dulu setiap ia meninggalkannya.

"Ah. Sayang." Mamanya Filo cukup lama mematung hingga tak menyadari bahwa yang dirindukan kini menenggelamkannya dalam pelukan.

"Mama kenapa bengong?" Filo jarang memberi pelukan, bahkan ia akan acuh disaat orang tua mencium wajahnya.

"Enggak. Mama hanya kangen kamu. Kamu lagi apa?"

"Berkemas?"

"Aku ada kerjaan di luar kota. Papa mana?" tangan Filo masih mendekap kedua bahu ibunya. Lalu turun dan menggenggam sebelah tangan ibunya untuk keluar kamar.

"Di meja makan."

"Filo kangen Papa." Yang mama Filo lihat, adalah wajah Sophia dengan kelakuan Filo di masa kecilnya. Senyum mengembang di wajah wanita paruh baya, ia mendekati ranjang anaknya untuk merapikan barang-barang Filo. Namun senyumannya luntur ketika memperhatikan isi lemari Filo yang cukup terbuka.

"Kalau Papa terus kerja di Jakarta, Filo nggak akan kemana-mana." Pria yang dipanggil Papa hampir menitikkan air mata ketika Filo mengutarakan isi hatinya. Lebih dari setengah tahun lalu, anaknya masih urakan. Kepulangan mereka juga hampir tak pernah mendapati Filo tidur di rumah, dan putra kecilnya hanya akan mendatanginya untuk meminta tambahan uang yang tak cukup di rekeningnya.

"Papa memang rencananya kembali kerja di Jakarta. Biar memperhatikan kamu dengan baik." Entah mengapa, ingatan-ingatan mengenai kelakukan menyebalkan Filo menguap. Filo yang sekarang sungguhlah manis dan membuat kedua orang tuanya terharu.

"Papa janji?"

"Filo." Panggilan Mamanya menginterupsi kedua lelaki beda usia yang sedang berpelukan. Mama Filo juga hampir menitikkan air mata kembali saat disuguhkan pemandangan dua lelaki yang berarti baginya. Akan tetapi mulutnya tak bisa menghentikan perintah otaknya untuk kembali menginterogasi anak sematawayangnya.

YOURS 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang