33

265 35 6
                                    

Picture Cover Chapter 33 : Reiza Dainendra Evrard

Happy Reading!

***

Kaika Renzo Febriyoga.

Terlahir setelah Jihan berumur tiga tahun empat bulan sepuluh hari. Lulus program home schooling tingkat SMA pada usia lima belas tahun. Menjadi mahasiswa termuda fakultas kedokteran Tokyo Daigaku. Mendapat lisensi kedokteran di usia sembilan belas tahun dan melanjutkan pendidikan program magister spesialis ahli bedah syaraf di universitas yang sama.

Kecerdasan Kaika melampaui kedua kakaknya, Kireina Jusy Febriyoga, dan Kirei Noah Franjihan Febriyoga. Tinggal bersama keluarga besar ibunya di Jepang selama menjadi mahasiswa. Meski jauh dari orang tua dan kedua kakaknya, Kaika selalu pulang dan tetap merasa dekat dengan mereka.

Hubungan Kaika dengan Arzachel bisa disebut sebagai 'teman' dan tak ada orang yang mengetahuinya kecuali mereka sendiri. Sebut saja Arzachel menemui Kaika secara personal dengan niat melabrak namun kata-kata Arzachel yang dituturkan kepada Kaika terlalu elegan tanpa kata-kata kasar.

Kaika tak berubah pikiran, ia ingin memiliki Jihan sebisanya. Tak perduli jika kakaknya menjalin hubungan dengan orang lain. Jihan adalah kakaknya yang akan selalu ia cumbu ketika mereka berudaan saja. Ucapan Arzachel Kaika anggap sebagai angin lalu. Kaika sadar diri posisinya. Bahkan Jihan dibawah kendali Arzachel dan istrinya saat ini. Kaika marah tentu saja. Sekali lagi, Kaika sadar bahwa Arzachel bukan saingannya dalam ucapan dan perbuatan. Maka Kaika hanya memendam.

"Reiza wa katsute iryō bumon ni hairi, jinin shita. Watashi no musuko ga, izen yumemite ita Reiza no yōna isha ni nari, anata no yōna subarashī wakai isha ni naritai to iu tsuyoi ganbō o motte kureru koto o negatte imasu. Dekireba, anata o koete."

(Reiza dulu sempat masuk jurusan kedokteran dan mengundurkan diri. Kuharap, anakku kelak memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi dokter seperti yang Reiza impikan dulu, dan menjadi dokter muda yang hebat sepertimu. Melampauimu, jika bisa)

Tanpa sadar Kaika menarik sudut bibir menampilkan senyum mengingat perkataan Arzachel yang mengucapkannya dengan bahasa Jepang dengan lancar. Sejak kapan teman kakaknya ini belajar? Kaika penasaran namun tak mempertanyakan. Sejak pandangan pertama, Kaika menaruh kagum. Ia melihat orang lain selain dirinya dengan otak encer dan jenius. Tapi tetap saja, Kaika tak menaruh hati pada Arzachel dan di hatinya hanya ada kakaknya Jihan yang agak bodoh.

Perlahan senyum Kaika menghilang. Ekspresinya kembali dingin, matanya memerhatikan lagi kelopak mata Arzachel yang tertutup. Ia mengalihkan pandangan pada lengan Arzachel yang terkulai di kedua sisi tubuhnya. Sisa luka perlahan menghilang dan hanya berbekas samar. Hari kedua setelah Arzachel ditangani, ayahnya sudah memanggil dokter spesialis kulit dan penyakit dalam. Arzachel diberi tindakan lagi tanpa obat bius tambahan. Sedikitpun, Arzachel belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar.

Kaika tak bersalah. Ia memberikan obat bius dengan dosis cukup, akan tetapi tubuh Arzachel lah yang masih menginginkan untuk istirahat. Gelombang di otaknya menunjukkan ritme pelan dan teratur, terkadang aktivitas otak meninggi, pertanda Arzachel bermimpi tak menyenangkan.

Luka-luka Arzachel ditangani dengan baik. Tentu bukan biaya yang sedikit, apalagi memanggil dokter ternama dan ahli ke rumah pribadi orang tua Jihan. Bekas luka-luka itu harus menghilang atau karir Arzachel sebagai model akan tamat.

Tamat.

Ya, Arzachel adalah seorang model sekaligus fotografer.

Kulitnya mulus tanpa cacat. Kaika tak tahu, bahwa masa lalu Arzachel lebih menyedihkan daripada luka-luka yang diobati olehnya.

YOURS 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang