40

246 17 2
                                    

*Anggap ae udah ditranslate

"Permisi,apakah disini ada keluarga dari semua pasien disini?"tanya Dokter.

"Saya keluarganya dok!" jawab Violin.

"Okeh.Hani dia hampir kehabisan darah apakah ada yang memiliki darah yang sama seperti Hani?" tanya Dokter itu lagi.

"Darahnya apa dok?" tanya Pucci.

"A"

"Saya darah A dok,tolong ambil darah saya aja" jawab Faldo.

"Lo beneran?"tanya Violin.

"Gw mau nebus dosa gw lin!" jawab Faldo.

"Makasih do"

"Apakah saya boleh masuk?" tanya Violin.

"Boleh! Kamu ikut saya ya" ucap dokter itu,Faldo langsung mengikutinya.

"Dady.." ucap Violin perlahan.

"Violin.." ucap Dady.

"Dady gppkan? Hmm" ucap Violin khawatir.

"Dady gpp Violin,Pipi kamu kenapa?" tanya Dady.

"Ohh ini nggak,cuma kena gores aja. Violin kan kuat jadi gpp" ucap Violin sembari menahan tangis.

"Dady,Violin mau lihat Kak Veno dulu ya" pamit Violin,yang diangguki mengerti oleh dady.

"Kak Veno.. Hiks."

"Hmm"

"Ihhh buka mata dulu,tidur terus!" Kesal Violin.

"Kenapa?" tanya Veno.

"Kak Veno kenapa nggk telpon polisi tadi!" kesal Violin.

"Gw udah telpon! Dan ternyata gw salah nomer,puas lo!" kesal Veno.

"Haha,kakak tuh bodoh banget ya" Veno tersenyum karena berhasil membuat adiknya itu tertawa.

"Itu pipi kenapa nggak diobatin!" celoteh Veno.

"Nggak mau! Biar keliatan kaya orang jahat gitu hehe" ucap Violin sembari menampilkan cengiran khasnya.

"Pokoknya harus diobatin!"

"Iya bawel,udah ah Violin mau temuin Gibran dulu wlek" ejek Violin.

"Pacaran terus!" sahut Veno.

"Gibran.." lirih Violin.

"Gw minta maaf untuk kesekian kalinya gw udah buat lo luka kaya gini maafin gw.." ucap Violin merasa bersalah.

"Monyet.. Ehm gw ganti ajah ah jelek kalo monyet gimana kalo Kapten? Okeh deal ya Kapten hehe" kekeh Violin.

"Kapten bangun ihh" kesal Violin.

"Hmm.. Cumi mau peluk boleh ya? Boleh kok hehe" kekeh Violin yang senang karena bermain dengan Gibran yang kini sedang tertidur.

Violin memeluk Gibran,dan merasakan detak jantung Gibran yang kuat,Violin legah karena bisa mendengar detak jantung Gibran. Hampir 5 menit Violin berada diposisinya seperti itu,Violin sangat rindu kepada Gibran.

"Cumi sayang Kapten hmm" ucap Violin manja.

"Kapten juga sayang Cumi!"

"Ha?" ucap Violin lalu melepaskan pelukannya dari Gibran.

"Kenapa dilepas?"tanya Gibran.

"Gak!" jutek Violin padahal didalam hatinya sudah berbunga-bunga.

"Sini peluk sini!" pintah Gibran.

"Modus ihh!" ucap Violin.

"Hahaha tuh pipinya merah!" ucap Gibran sembari berusaha untuk duduk.

PlayGirl Insaf(complete)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang