2: Before They Meet

5.1K 565 9
                                    

Lisa mengambil heels dua inci miliknya tanpa pikir panjang dan segera keluar menuju parking area.

Ia memang tidak menaruh minat sedikitpun pada pertemuan ini, tapi bukan berarti ia akan berpakaian sembarangan ataupun mempermalukan sang ibu.

Bukan juga terlalu niat, Lisa hanya menggunakan pakaian yang menurutnya nyaman. Pilihan kilatnya jatuh pada blazer berwarna khaki yang dipadukan dengan simple white dress yang terjatuh lembut tepat di depan lututnya.

Yah, setidaknya ia tak menggunakan dress merepotkan seperti teman arisannya jika bercerita tentang pertemuan dalam perjodohan beserta serba-serbi dandanan heboh mereka.

Lisa bukan tipe seperti itu.

Pakaian semi formal begini saja sudah bagus, karena jika Lisa sedang sangat tidak mood, bisa saja ia hanya mengenakan kaus, celana baggy, beserta white sneakers, and then she'll go.

Dan saat ini, langkahnya yang anggun –karena menyesuaikan outfit yang sedang ia kenakan, tertuju pada Mini John Cooper Works berwarna hitam di hadapannya.

Sebelum membuka pintu, Lisa mengecek sekali lagi penampilannya untuk memastikan tak ada roll rambut tertinggal atau noda lipcream pada giginya. Sebab tema hari ini adalah; 'Tidak membuat malu." Atas doktrin sang ibu.

Surai ash brown panjang miliknya sengaja di curly seadanya pada ujungnya saja. Tak lupa poni kebanggaan yang tak pernah ia singkap dielusnya kembali. Perihal riasan, pun ia hanya menggunakan cushion, sedikit perona pipi dengan warna coral yang sama pada bibirnya.

Wah siap tempur sekali diriku.

Sembari menyemangati diri sendiri, Lisa segera masuk ke dalam kemudi untuk melesat pergi dari tempat itu tanpa lagi banyak babibu.

🌼

Lisa membaca penunjuk waktu yang ada pada pergelangan tangan kirinya. Pukul tujuh kurang tiga puluh menit. Masih ada waktu untuk menenangkan diri di sudut coffee shop yang berada di lantai dasar pusat perbelanjaan kawasan elite tersebut.

Sosoknya yang melangkah anggun mampu menarik perhatian beberapa pasang mata ketika lewat. Tentu saja Lisa tidak tahu akan hal itu, Ia bukan tipe wanita yang sadar akan kelebihan dirinya sendiri. Sebab Lisa hanya memuji dirinya untuk membuat orang lain kesal dan diam. Padahal dalam hati, ia malu dan mengutuk dirinya setengah mati.

Bukan juga munafik atau tidak bersyukur, namun Lisa memang tak menemukan arti 'cantik' dalam dirinya. Walau dipuji dan dipuja oleh ratusan mulut manis, Lisa tak lantas terbang meninggi atau tersipu.

Sejak kecil ia merasa omongan tersebut hanya sekedar basa-basi. Untuk tingkat kepercayaan diri yang dimiliki, ia merasa dirinya cukup menarik saja. Selain itu, Lisa merasa tak lebih dari sekedar wanita biasa pada umumnya.

Lain halnya dengan persepsi mata Lisa akan orang lain. Ia menyukai semua yang indah dan lucu. Ia mampu menemukan daya tarik pada hal yang tak terlihat oleh orang lain. Dan jika ada gadis ataupun lelaki rupawan berpapasan dengannya, ia akan memekik; 'Ya Tuhan, indah sekali. makan apa orang itu hingga bisa berpenampilan semenakjubkan itu?' tanpa sadar bahwa dirinya juga masuk dalam kategori makhluk yang sedang dipuji. Tentu saja teman-temannya tak sudi menyadarkan Lisa saat mereka mendengar pertanyaan bodoh itu.

Sesosok wanita cantik terlihat bergabung dalam antrian yang tak seberapa ramai pada sebuah coffee shop. Tangannya sibuk mencari ponsel di dalam tas yang mengeluarkan bunyi berisik. Ia menghela nafas setelah tahu nama siapa yang muncul di layarnya.

Becoming Mrs. OhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang