4: Never Saw Him Coming

4.7K 455 12
                                    

Namanya Oh Sehun, lelaki yang diberkahi ketampanan di atas rata-rata dan bergolongan darah O itu berusia tiga tahun lebih muda dari Lisa.

Ia lahir pada tanggal 19 April tahu  1997 di Berlin dan saat itu juga sudah mewarisi 2 anak perusahaan properti dari sang kakek walau ia belum mampu membersihkan kotorannya sendiri.

Akan semakin terdengar tak adil ketika mengetahui bahwa faktanya lelaki tersebut berhasil mendapatkan gelar MBA di Universitas Stanford dalam jangka waktu 3 tahun dengan predikat cum laude.

Dan dengan otak briliannya itu ia sudah dipercaya untuk memegang jabatan kepala divisi pengembangan usaha di Capital Retail Group pada usia 20 tahun.

Telah melakukan 7 dari 172 tawaran pertemuan perjodohan dan 6 dari pertemuan tersebut tak ada kelanjutannya.

Tentu saja Lisa 'yang-menurut-orang-lain-sangat-beruntung' ini berhasil masuk ke dalam nomer 7.

Semua fakta lengkap tentang Sehun telah diketahui Rose yang masih kegirangan setelah tahu bahwa temannya adalah salah satu dari ratusan orang yang mengantri.

Rose tertular Tiffany, ibunya, yang selalu meninggikan keluarga sang Oh.

"Apa kau tak bisa diam?" Lisa menjuruskan tatapan super sinis kepada Rose yang masih semangat berbicara pada sofa ruang kerjanya, "inspirasiku menghilang mendengar penjelasan tak bergunamu. Pergi sana kalau hanya ingin mengganggu!"

"Tapi ini Oh Sehun, Lalisa. Kau sudah gila!" Rose masih tak percaya akan respon pasif sahabatnya walau ia telah menumpahkan dan mengungkap berbagai kelebihan Sehun.

"Diam atau kuusir kau dari sini?!"

"...kau masih menyukai lelaki kan, Lice? Sungguh aku mulai khawatir."

Lisa yang emosinya sudah memuncak ke ubun-ubun tengah melempar bantal sofa di belakangnya ke wajah Rose dengan keras, hingga sang sahabat membalas berupa umpatan.

"PERGI KAU DASAR MANUSIA TAK BERETIKA"

"AMPUUUN LALISA AMPUUN. AKU HANYA BERCANDAAAA. AAAA!!!" Teriakan Rose menghilang di balik pintu kerja Lisa. Ia berhasil mengusir penganggu dengan bantal sofa dan telapak tangannya.

Lisa kembali duduk pada meja kerjanya, berusaha fokus namun tak berhasil. Ucapan Rose tentang lelaki bernama Sehun itu mulai sedikit masuk ke memori otaknya.

Oh Sehun. Apa spesialnya sih?

Lisa bersandar pada kursinya dan mengangkat kertas berisikan desain summer casual dress yang belum terselesaikan.

Ting. Satu pesan masuk dari nomor tak dikenal.

Hi, Lalisa?

Lisa mengacuhkan pesan tersebut. Ia cukup sering menerima pesan seperti itu.

Ini Sehun, maaf jika mengganggu

Lisa hanya melihat pesan tersebut melalui pop up notification tanpa ada keinginan untuk membuka pesan dari Sehun.

Ia memasukkan ponsel ke dalam saku jaketnya dengan acuh dan keluar dari ruang kerjanya untuk mencari udara segar.

Flat shoesnya melangkah pelan melewati lorong berwarna putih gading yang di kelilingi oleh dinding cermin dan bercahayakan lampu kristal.

Bisa dikatakan Lisa menghabiskan separuh harinya disini, jika ia sedang rajin. Tempat ia menuangkan segala kreatifitas yang dimilikinya di secarik kertas putih dengan desain yang ada di dalam otaknya. Adalah pusat dari butik 'mungilnya', yang berhasil melahirkan 7 cabang di luar kota.

Becoming Mrs. OhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang