Pohon

318 35 0
                                    

🌳

Kantin terlihat begitu ramai saat ini, ia terlambat untuk keluar dari kelasnya dikarenakan kelasnya memang terlambat 10 menit akibat sang guru yang masih sibuk mengoceh bahkan saat bel istirahat telah berbunyi nyaring. Ia melangkah keluar terlalu malas untuk mengantri atau berebutan lalu mencari bangku kosong yang tentunya sudah sangat nihil untuk didapatkannya.

Kakinya melangkah menyusuri koridor sekolahnya, melewati beberapa kelas hingga kakinya berhenti pada taman depan sekolahnya. “Nggak ke kantin dek?” Dongpyo berbalik dan tersenyum kepada satpam sekolahnya yang seperti sedang berjalan-jalan. “Nggak pak malas berdesak-desakan” jawabnya ramah.

“Oh yaudah saya duluan yah dek. Harus cepat-cepat balik pos” Dongpyo pun hanya mengangguk lalu duduk pada salah satu bangku disana, tepat berhadapan dengan sebuah pohon besar.

“Lo nggak takut sama penunggu pohon ini?” ketika Dongpyo tengah asik dengan ponselnya tiba-tiba saja sebuah suara pelan dan halus sedikit membuatnya kaget lalu memperhatikan batang pohon besar dihadapannya dan menengok keatas. Tak ada apa-apa.

“Apa-apaan sih Mini, bikin kaget aja” ucapnya lalu kembali fokus pada permainan di ponselnya.

“Pindah yuk, setidaknya disana deh 3 bundaran dari sini. Jangan yang ini. Ayo” Minhee merengek menyuruh agar Dongpyo pindah. Mau tak mau ia akhirnya menuruti karena Minhee menariknya agar jauh-jauh dari pohon itu.

“Kenapa sih memangnya?” tanya Dongpyo yang saat ini telah duduk dan diikuti oleh Minhee yang tengah disampingnya. “Lo nggak tahu apa-apa tentang pohon itu? Udah 2 tahun sekolah disini tapi nggak update tentang pohon itu?” Dongpyo menggeleng tak berminat dengan topik yang dibawa oleh Minhee.

“Lo tuh yah soal gosip duluan, tapi soal ginian nggak tau. Itu tuh salah satu pohon angker tau nggak disekolah ini. Lebih angker ketimbang pohon yang berada di samping gerbang belakang” Dongpyo menatap Minhee lalu menatap pohon yang berada disebelah kirinya lamat-lamat.

“Jangan diliatin gitu tuh pohon” ujar seseorang yang tiba-tiba saja menutup matanya lalu memutar wajahnya menjadi kearah depan. “Lo nggak sadar tapi lo hampir bersitatap sama yang punya, hampir masuk” katanya setelah memindahkan tangannya dari mata Dongpyo.

“Apa-apaan sih lo datang tapi bikin takut gitu”

“Tony bukan nakutin tapi dia ngasih tau. Bagus lo di kasih tau, jangan sampai tuh setan nempel sama lo yang ada bikin satu rumah riweh. Mana mami lagi hamil” Junho berujar lalu duduk disebelah kiri Dongpyo menutupi penghlihatan adiknya agar tidak menatap pohon itu lagi. “Jangan kepo, jangan bikin panik, nih makan dulu” katanya lagi sambil memberikan sebuah kotak berisi makanan.

Tony yang berada didepan Dongpyo hanya menghela nafasnya. Pasalnya dia sudah merasakan hawa-hawa tak enak sekarang. Kedua ujung tangannya sudah dingin, dan tentu saja dia dapat melihat kehadiran yang tak dapat dilihat oleh orang-orang normal.

“Udah bikin masalah dia Jun” katanya membuat Minhee tersedak karena ia tengah meminum minumannya. Sedangkan Dongpyo hanya menganga lebar bersamaan dengan ia yang ingin memasukkan makanan kedalam mulutnya lantas tak jadi.

“Maksudnya?” tanya Junho dengan tatapan mencoba berpikir. “Lo habis ngapain aja?” Dongpyo diam, ia memelih menunduk. Matahari diatas sana tengah sangat bersinar terang namun membuatnya takut seketika.

“Dia tadi duduk didepan bundaran sana, yang pohon itu. Abis itu gue ajak pindah kesini langsung dan nggak ngapa-ngapain. Tapi nggak tahu sih sewaktu gue belum datang dia ngapain” kata Minhee yang menjawab pertanyaan Jungmo.

Tony dan Jungmo lantas menghembuskan nafas berat secara bersamaan. Junho, Minhee, dan Dongpyo mungkin tidak merasakan kehadiran seseorang tapi Tony jelas merasakannya.

“Gue nggak ngapa-ngapain kok. Langsung duduk aja abis itu main game. Nggak berisik juga benar-benar tenang kok gue” ujar Dongpyo sambil menunduk dan Junho dengan segera menatap kearah Tony.

“Lo antar pulang gih Pyo” ujar Tony seenaknya membuat Dongpyo lantas melebarkan kedua matanya dan menggeleng cepat. “Yaudah kalo nggak mau siap-siap ketempelan lo. Lagian lo nganterin sampe sana doang abis itu elus juga batang pohonnya sebentar baru kesini lagi”

Dongpyo menatap kembarannya itu memohon. “Kita disini Pyo nggak mungkin ninggalin lo. Makanya buruan cepat” katanya berusaha membujuk Dongpyo.

Dongpyo berdiri dari duduknya dan memegang kedua tangan Minhee “Mini kalo gue nggak balik lo harus jadi saksi yah. Tanya mama sama papa gue kalo Junho kembaran gue yang buat gue hilang. Okey, okey” Junho rasanya ingin memukul kepala adiknya itu jika ia tidak ingat bahwa adiknya berada dalam situasi tidak baik.

“Dianya udah berdiri samping lo, jalan lurus aja, sampe sana jangan langsung balik badan habis itu lari, elus dulu sebentar baru baliknya jalan pelan-pelan jangan lari” kata Tony sebagai wasiat kepada Dongpyo yang wajahnya sudah sedikit pucat.

Dongpyo berjalan menuju pohon itu dengan sangat lambat, hingga akhirnya ia berhasil sampai didepan sana. Mengelusnya sebentar dan mencoba tersenyum kikuk, berbalik dan mencoba berjalan setenang mungkin kembali keteman-temannya.

“YAH, HAN DONGPYO” kesadaran Dongpyo sepertinya telah hilang akibat keinginan penunggu pohon

🌳

OUR TIME(S) || PRODUCE X 101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang