Hot Chocolate

363 39 0
                                    


🖊️

"Anak aku yang bongsor itu kemana Hun?" Sihun yang tengah melipat baju menoleh ke arah Hangyul yang tengah berjalan kearahnya.

"Ada tuh di kamar" ucapnya santai sambil tetap melipat pakaian yang masih lumayan banyak itu. "Kamu nggak capek? Sini aku bantuin"

Kata bantu yang diucapkan Lee Hangyul adalah dia mengambil pakaian yang dipegang oleh Sihun dan langsung saja mendaratkan kepalanya di atas paha kekasihnya itu.

"Indah banget ciptaan Tuhan" Sihun memutar bola matanya malas. Sudah tahu tabiat suaminya itu dan tentu saja tahu apa yang akan dilakukan oleh Hangyul.

"Minggir ih ini pakaian masih banyak mau aku lipat Lee Hangyul" ucap dengan suara yang merengek. Terganggu akibat kepala hangyul menghalangi aktivitasnya melipat pakaian.

"Lipat baju aja kali Hun, aku mau tidur ah" dan Hangul membalikkan tubuhnya, yang semula terlentang sekarang berbalik menghadap ke perut Sihun dan memeluk perut kekasihnya itu dengan erat.

"Lee Hangyul, geli ih" tak hanya memeluk rupanya ternyata Hangyul juga mengusakkan hidungnya disana.

"Kenapa Lee Sihun?" suaranya teredam. Hangyul semakin memeluk Sihun dengan erat.

Jika sudah seperti ini Sihun hanya menggeleng pasrah dan melanjutkan kegiatannya hingga selesai.

Semua pekerjaannya akhirnya telah selesai. Disandarkannya dengan nyaman punggungnya pada badan sofa. Kakinya keram, ia yang duduk bersila dengan kepala Hangyul dan bahu itu yang menindih pahanya.

"Eh tidur beneran yah?" ucap Sihun saat ia ingin mendorong kepala Hangyul namun tak jadi. 

"Tok, tok, tok, ayah? Mama?" suara anak satu-satunya terdengar dari luar pintu kamar mereka. Dan tak lama putranya itu muncul sambil membawa segelas susu coklat panas.

Ditaruhnya gelas itu di lantai dan ikut duduk bersila didepan Sihun. "Loh? Ayah tidur ma?"

"Iya, padahal baru jam 8"

"Pantesan sih ma soalnya tadi adek lihat ayah capek banget gitu makanya ku buatkan susu eh taunya udah tidur"

Sihun mengusap pelan surai hitam putranya menggunakan tangan kanannya dan tangan kirinya yang mengusap surai hitam Hangyul juga. "Kenapa dek?"

Donghyun cengir lalu berdeham sebentar. "Mau minta izin, mau nginap dirumah nya Dongpyo" dan tak lama kemudian sesuatu tumpah mengenai kulit mulus seseorang.

"Aduh, panas-panas" Hangyul langsung berdiri dan memegang kakinya yang tertumpah susu yang masih panas sedangkan Sihun dan Donghyun sibuk menyelematkan karpet bulu itu agar tidak terkena sedikitpun susu cokelat.

"Ini kaki ayah luka loh, kenapa karpet yang dikasih perhatian lebih sih?" dan berikutnya Sihun menatap Hangyul dengan tajam.

"Kaki mu cuman merah, direndam air dingin, abis di kasih salep udah. Ini karpet basah jadi bau besoknya kalo disimpan dulu, belum lagi di cucinya bukan pake mesin cuci tapi pake tangan. Ngejemurnya susah mana keringnya berhari-hari. Lagian kamu kenapa sih? Bangun-bangun pecicilan gitu?"

Hangyul hanya mempoutkan bibirnya. Susu panas itu memang tidak terlalu panas tapi berhasil membuat punggung kakinya menjadi merah dan Hangyul iri sebenarnya.

"Dih, bibirnya manyun gitu sok manis" kali ini Donghyun yang berbicara sambil menatap ayahnya. "Emang ayah manis, kalo ayah nggak manis kamu juga nggak bakalan manis"

Donghyun mencibir. "Siapa bilang manisnya dari ayah? Orang dari mama. Tuh lihat mama manisnya pake banget"

"Yaudah papa ganteng. Kamu nggak mungkin tuh ganteng dan semanis ini kalo bukan dari gen ayah juga" Donghyun menggeleng.

"Mama juga ganteng kok. Hehehe" dan Sihun hanya mendengarkan percakapan suami dan juga anaknya itu sambil membersihkan sisa-sisa tumpahan tadi.

"Btw ngapain kamu tadi mau nginap di rumah Dongpyo?"

"Ayah nguping yaah. Hayo ngaku pura-pura tidur aja kan, biar bisa manja-manjaan sama mama hahahaha" Donghyun tertawa keras membuat suara tawanya sampai ke dapur yang didengar oleh Sihun yang saat ini telah berada di dapur.

"Heh mana ada, orang ayah beneran ketiduran tadi saking capeknya. Tapi ke ganggu gara-gara suara kamu"

"Ia, takut anaknya macam-macam yah, hahahaha" lagi Donghyun tertawa terbahak-bahak. Jika biasanya Hangyul akan menggoda Sihun sampai ia tertawa kali ini anaknya itu mewarisi sifatnya itu dan anaknya itulah yang saat ini tertawa terbahak-bahak akibat terlalu mengerjainya.

"Sini kaki kamu. Celupin dulu" Hangyul hanya menurut dan mencelupkan kakinya ke dalam baskom yang berisi air biasa. Seharusnya ia sendiri yang melakukannya dengan air mengalir tapi terlalu malas rasanya hanya untuk sekedar beranjak dari sofa nyamannya itu. Lagi pula air panasnya tak begitu panas karena kekasih dan juga anaknya tahu bahwa ia tidak suka minum minuman yang terlalu panas.

"Mau ngapain kamu bermalam dirumahnya Dongpyo?" ulang Hangyul yang saat ini Sihun pun ikut menatap wajah anaknya.

"Kenapa sih? Biasanya juga kalo bermalam di rumah yang lain biasa-biasa aja, tapi kenapa kali ini ditanyain?" Donghyun bertanya balik membuat kepala Hangyul tiba-tiba menjadi pusing.

Hangyul hanya bisa menghembuskan napas panjang. "Bukan gitu maksudnya ayah Lee Donghyun. Tapi, ayah cuman takut-"

"Takut kenapa?" belum juga dirinya selesai berbicara anak semata wayangnya itu memotong ucapannya dengan cepat.

Bibirnya akan bergerak untuk mengatakan sesuatu tapi tidak jadi dan memandangi putranya itu dengan datar. "Hahahahahahaha" Donghyun tertawa tapi kali ini lebih kencang mungkin seisi rumah terdengar oleh suara tawanya.

"Yang mau bermalam siapa sih? Orang tadi aku cuman main-main. Mau lihat ayah beneran tidur atau nggak"

"Udah ah, Donghyun mau balas pesan kak Dongpyo dulu" setelahnya Donghyun bergegas berdiri.

"Sayang ayah" dikecupnya pipi kiri Hangyul.

"Sayang mama banyak-banyak" dan tak lupa dikecupnya berkali-kali wajah Sihun orang yang begitu ia sayangi.

"Anak kamu tuh"

"Dih, tadi ada yang bilang. Anak bongsor aku mana Hun. Lagian itu hasil kamu juga yah"

"Hehehe, nggak mau buat lagi Hun?"

🖊️

OUR TIME(S) || PRODUCE X 101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang