Perkara Midam Sakit & Wooseok Sang Kakak

787 71 2
                                    

🦁


Setelah mengantar anak-anak mereka ke sekolah. Seobin dengan segera pulang kerumah mengecek kembali suhu badan Midam. 

Tangannya terulur dan menempelkan punggung tangannya pada dahi Midam. Seobin menghela nafas berat suhu tubuh Midam rasanya semakin tinggi. Seobin mulai merasakan panik namun, dengan tenang dia mencoba untuk menarik nafas dan membuangnya secara perlahan hingga tubuhnya kembali rileks.

Seobin mengambil handphone nya lalu bergegas berjalan keluar kamar mereka. Tak ingin Midam nya terganggu akibat suara berisiknya. 

Dengan segera Seobin mencari nama sang kakak lalu dengan segera menekan dial call.

Tuut

Tuut

Tuut

"Halo?"

"Seok, Midam sakit. Pas subuh tadi suhu tubuhnya tidak sepanas sekarang, tapi barusan gue cek lagi sepertinya suhu tubuhnya naik. Gue harus apa Seok?" Seobin berujar lirih diakhir kalimatnya. Dia benar-benar ingin menangis sekarang. Ini bukan pertama kalinya Midam jatuh sakit. Tapi, setiap kali Midam nya itu jatuh sakit. Maka dia pasti akan mengalami kepanikan dan selalu ingin menangis menghadapi situasi.

"Lebih baik lo tenangin diri dulu, jangan nangis, lu udah punya 3 anak. Lebih baik dengerin gue baik-baik ok?"

Seobin tak menjawab perkataan Wooseok dia hanya mengangguk seolah-olah lawan bicaranya dapat melihat dirinya.

Wooseok terdengar menghela nafas diujung sana. Lalu mencoba untuk setenang mungkin menghadapi adiknya itu yang saat ini dalam keadaan sedikit panik. Mengomeli adiknya sekarang bukanlah waktu yang tepat apalagi mereka berbicara hanya melalui telepon.

"Sekarang lebih baik lo ngompres Midam dulu. Pasti Midam belum di kompres kan?" Seobin kembali mengangguk dan di ujung sana Wooseok dapat mengerti adiknya.

"Kompres Midam pake air hangat, nggak usah masak air dari galon aja. Kalo Midam sudah di kompres lebih baik lu kedepan beli bubur ayam. Ingat ayamnya dibanyakin, nggak usah pake bawang-bawangan, kacang gorengnya sedikit banyakin juga, dan-"

"Nggak usah pake sambal kan? Itu udah diluar kepala gue Seok. Nggak usah di ingetin"

Di ujung sana Wooseok tertawa ringan, sedikit konyol emang. 

"Yah kirain kan otak lo ikutan ngeblank gitu, alhasil isinya Midam doang. Jaga-jaga Bin haha"

Dan Seobin hanya memutar bola matanya malas. Jika menyangkut tentang Midam Wooseok pasti akan sangat protektif seolah-olah ingin merebut Midam darinya. Seobin pasti takkan pernah melupakan fakta bahwa kakaknya itu pernah menyukai seorang Lee Midam yang saat ini telah menjadi pasangan hidupnya. Tapi, tanpa Wooseok pun Seobin tak akan pernah bisa menggantikan pekerjaan rumah Midam dengan baik.

"Bin? Seobin? Halo? Lo masih nafas kan?"

Seobin sepertinya keasyikan melamun hingga tidak sadar bahwa dirinya masih menelpon dengan sang kakak.

"Ah iya, maaf Seok" Seobin hanya berujar lirih. Dirinya benar-benar tidak karuan saat ini.

Wooseok kembali terdengar menghela nafas, dia benar-benar pusing memikirkan adiknya itu.

OUR TIME(S) || PRODUCE X 101Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang