21 - Terror

2.2K 381 39
                                    

Mengepalkan tangannya erat. Yunho sudah hampir kehilangan kesabarannya saat ini. Jaejoong dibawa ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut. Bukti-bukti yang mereka berikan cukup kuat untuk menjebloskan kekasihnya dalam penjara.

Ketukan jari di meja menemani bunyi mesin Jam dinding. Keduanya menjadi musik diantara dinginnya ruangan besar ini. Tumpukan laporan diabaikan oleh sang pemilik ruangan, dia sedang kacau. Setiap detik yang berlalu tidak mengurangi kekhawatirannya.

Pintu ruangan di buka oleh Yoochun, pria berkacamata dan sedikit memar di wajah tampak tenang dengan berkas di tangannya. "Tuan Jung penyelidikan sedang dilakukan. Menurut pemilik arena tidak ada transaksi disana di tanggal yang dikatakan oleh Para detektif kepolisian. Bisa jadi ini adalah manipulasi dari orang yang tidak senang dengan Tuan Muda." Jelas Yoochun, ia meletakkan berkas di depan Yunho.

"-jebakan ya." Bisik Yunho. Siapa yang tega melakukan hal seperti ini pada kekasihnya? Walaupun nakal dan sering berbuat onar, Jaejoong tidak pernah menggunakan narkoba. "Berapa waktu yang dibutuhkan untuk penyelidikan tingkat lanjut?"

"Jika dengan bantuan uang perkiraan 2 hari dari sekarang kasusnya akan diselidiki lebih dalam." Uang itu adalah cambukan bagi orang-orang munafik. Mereka terkadang menggunakan uang untuk mendapatkan keadilan yang palsu. Sudah menjadi rahasia umum jika keadilan bisa dibeli.

Menganggukkan kepalanya mengerti, Yunho melipat tangannya didada dengan pejaman mata erat. "Pastikan 2 hari dari sekarang orang yang melakukan hal ini tertangkap dan Jaejoong harus segera keluar dari sana." Bagaimana keadaan kekasihnya saat ini? Semoga dia tak di tindas oleh orang-orang di sana. "Jangan lupa kirimkan makanan enak untuk jaejoong."

"Baik."

Yoochun meninggalkan ruangan Yunho, mengeluarkan ponselnya untuk menelepon beberapa orang yang ikut dalam penyelidikan. Semua orang yang terlibat memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan uang. Ah, uang memang sangat menggoda.

Sepeninggalnya Yoochun, Yunho mengubah posisi duduknya. Menopang wajahnya dengan tangan, tatapan lurus dan tajam ke arah pintu kerjanya. "Ahra-ah, persiapkan pestanya. Aku rasa tamu penting akan mengunjungi rumah kita." Bisiknya tajam dengan seringai di wajahnya.

Go Ahra yang sejak tadi menunggu di depan pintu membungkuk singkat sebelum membalikkan badannya. Bunyi pantofel menggema di sepanjang lorong, Ahra hanya memasang wajah datar tanpa peduli pada kesunyian yang melanda. Sejujurnya Ahra tidak mendengar jelas apa yang dikatakan oleh Tuan besarnya, ia hanya memperhatikan bagaimana bibir itu berucap dan menyusunnya dalam sebuah kalimat.

Tik. Tik. Tik. Hujan satu persatu jatuh menyapa tanah. Aroma basah yang menyusup masuk ke dalam rongga hidung dan membuat sedikit sesak. Teriakan pepohonan yang kehilangan daunnya saat angin memutarinya.

Mengetukan jarinya di meja lalu memutar kursi dengan kakinya. Celana kainnya tampak membungkus erat pahanya. "-tidak-tidak aku tidak salah sama sekali. Mereka yang salah karena memulai permainan ini. Iyakan?"

"Iyaaaa-" kata Yunho lagi.

"HahahahahaHAHAHAHAHHAHAHA-"

Tawa paksa bak kesetanan menggema bersama dengan pintu yang bergerak pelan dengan bunyi melengking. Ceklek. Ctak. Ctak. Ctak. Lampu sepanjang lorong di matikan, menyisakan lampu di luar yang remang-remang.

•••

Memijat pelipisnya yang berdenyut sakit. Boa baru saja mendapatkan deretan laporan yang masuk hari ini. Daftar pengeluaran yang jauh dari kata sedikit. Berapa banyak yang berhasil di curi? Orang gila mana yang mencoba mencari perkara. "Ya Tuhan Changmin! Presdir akan membunuhku jika kita tidak mencari tahu siapa yang menjual properti di Chungnam."

The Bad Boy | Yunjae ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang