18 - Dead or Drama

2.4K 401 79
                                    

Melangkahkan kaki dengan terburu, Yunho melepaskan kancing kemejanya. Keringat dingin membasahi tubuh yang menegang penuh emosi. Ia tidak melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit tetapi berbalik menuju rumah karena mengetahui siapa dalang dari semua. Bawahannya berhasil menangkap oknum yang menjadi otak dari pengeroyokan jaejoong.

Langkahnya tegas dengan tatapan tajam, di belakangnya ada Ahra dan Yoochun. Keduanya memasang wajah datar, bersikap seolah semua baik-baik saja. Sudah sangat lama sejak terakhir kali melihat Yunho marah.

Suara langkah menggema sepanjang lorong menciptakan terror bagi sosok yang menunggu di ujung. Terikat dengan rantai di kedua tangan dan pakaian compang camping akibat cambuk yang menyapa kulit.

Marah mendominasi, ia menjaga Jaejoong dari rasa sakit, mengabaikan perbuatan anak itu yang kadang sudah melewati batas. Sengaja menutup mata saat Jaejoong membalas mereka yang mencari perkara dengannya. Katakan saja ia bodoh—ya memang bodoh. Hanya karena seorang Kim Jaejoong, Jung Yunho yang menjunjung keadilan dan kedisplinan, membuang jati dirinya. Merangkak dibawah kaki Jaejoong agar tidak di tinggalkan.

Katakan saja ia adalah budak jaejoong.

"Aku benci berurusan dengan orang seperti kalian tetapi kenapa kalian senang sekali mencari perkara?" Brugh. Yunho menendang tanpa perasaan. Membuat bibir sobek dan memar di rahang pria itu. Emosi yang menguasai, membuat kinerja otaknya melambat dan ototnya meningkat drastis.

Sorot tajam terarah, hembusan nafas yang terdengar kasar dan memburu. Yunho berjongkok di depan pria itu. Menatap sepasang iris coklat yang menatapnya tajam. Kedua jarinya mencengkram rahang pria itu. "—punya nyawa berapa kau sampai menyentuh kekasihku?" Desisnya.

Plak. Membalikan badan menatap ke arah berlawanan dengan pria itu. Kedua tangan di letakkan di pinggang dengan lidah menjulur membasahi bibir yang kering. "Brengsek!" Yunho memutar tubuhnya cepat, kaki melayang mengenai perut pria itu. Tak peduli jika mungkin tulangnya retak bahkan patah.

"Tuan, tahan emosi anda. Jika anda melanjutkannya, kita tidak bisa menjebloskannya ke penjara. Kami belum mendapatkan satu pun informasi perihal dalang pengeroyokan Tuan muda." Ucap Ahra, sorot matanya tajam tanpa ekspresi berarti. Menginterogasi Yoona, si pengirim paket dan pria ini memakan waktu. Bungkam dan menyembunyikan siapa orang yang terlibat dalam skenario lucu ini.

Memejamkan matanya, mendongak sedikit ke atas sembari berkacak pinggang. Berusaha meredakan emosi yang meledak. "Kau pikir aku peduli?" Desis Yunho. Kelopaknya terbuka kecil, menatap tajam ke arah dua orang lainnya yang juga menjadi kaki tangan si bos.

"Maaf Tuan, mereka tidak mau mengatakan apapun." Ahra membungkuk singkat takut, seharusnya Jaejoong ada disini untuk menekan sisi gila Jung Yunho. Bukan hanya ketiga orang itu yang terancam nyawanya tetapi mereka yang menjadi kaki tangan pria itu pun akan dalam bahaya.

Menaikan kacamata yang merosot, Yoochun memantau keselamatan Jaejoong dari Jauh. Saat ini masih dalam perawatan dokter, luka di bagian kepalanya cukup parah. Berharap saja tidak ada hal buruk terjadi.

Diam, seringai terbentuk di wajah Yunho. "HahahaHAHAHAHHAHAH—" tawa mengerikan berkumandang, membuat bulu kuduk berdiri. Tidak ada hal lucu yang terjadi, kenapa pria itu tertawa kesetanan? "—ambilkan pisau."

"T-Tuan—" ahra terkejut dan Yoochun tampak khawatir.

Sekretaris Jung Yunho berusaha memikirkan solusi dari kegilaan yang sedang terjadi.

"Kau tidak dengar? Ambilkan pisau! Jika mereka tidak mau bicara, biarkan saja. Akan kupotong lidah mereka agar tidak bicara seumur hidup." Yunho melepaskan Jasnya, melemparkan pada sang asisten. Kancing di ujung lengan kemeja di buka lalu dilipat ke atas.  Ia berjongkok di depan Yoona yang ketakutan.

The Bad Boy | Yunjae ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang