22 - Southern

1.8K 364 29
                                    

Kesal. Jaejoong harus menahan dirinya untuk tidak marah. Tahanan sel lainnya tidak mengusik sama sekali, mereka sudah tau keganasan apa yang tersembunyi dibalik wajah cantik bak boneka barbie. Orang yang menjadi dalang atas hal ini akan menyesal. Ia tak pernah sampai di tahap benar-benar sangat marah dan saat ini, Jaejoong sangat marah. "Sialan! Brengsek. Siapapun kau, kau akan menyesal." Desisnya penuh kemurkaan.

Tidak berhenti mengomel sejak kedatangannya, penghuni lainnya hanya bisa pasrah saja. Mereka mendapatkan keuntungan seperti makanan dan juga kipas angin. Jam makan siang sebentar lagi artinya mereka akan diberikan waktu luang untuk melihat penghuni sel lainnya.

Bell berbunyi dengan keras, setiap kamar tahanan dibuka. Banyak sipir berjaga untuk memastikan jika tidak ada kekacauan. Jaejoong dan rekan sekamarnya berjalan keluar, tidak ada kebisingan atau lainnya. Dalam penjara ada namanya kubu-kubu kekuasaan dimana banyak tahanan lemah bernaung.

Menunggu sidang sama saja memperpendek urat kesabaran jaejoong. Seseorang dibalik hal ini sedang tertawa puas akan apa yang terjadi padanya. Berpikir dan terus berpikir, Jaejoong mencoba mencari celah dari jebakan ini. Arena? Ok Taecyeon tidak mungkin menghianatinya. Mereka sudah kenal sangat lama dan sering melakukan balapan bersama.

Ada sekitar 12 Arena di Kota Seoul. Setiap arena oleh geng-geng berbeda. Geng milik Taecyeon sudah lama tidak melakukan balapan karena sedang perbaikan bengkel. Sedang dirinya lebih sering bermain di Arena Taecyeon. "Arena Southern," jaejoong ingat pernah bermain disana.

Walaupun ia kalah.

Siapa pemilik arena itu? Seharusnya Taecyeon tahu Pemilik-pemilik arena di kota ini.

"Kau dari Southern?" Ko Pilhae rekan sekamar Jaejoong tidak sengaja mendengar gumaman pria mungil berwajah malaikat itu. Terdengar nada suaranya tidak bersahabat. Rahangnya mengatup keras dengan tatapan tajam menuntut jawaban dari Jaejoong. Beruntungnya sipir berjaga cukup jauh dari sini.

Alis bertaut sedikit kebingungan dengan pertanyaan itu. "Kita bicarakan nanti, ditempat yang lebih nyaman." Ia harus menggali informasi dari Pilhae sepertinya ada sesuatu yang diketahui oleh pria dengan tubuh besar itu. Hal yang mungkin saja tidak diketahui oleh orang diluar sana.

Mereka sampai pada giliran untuk mengambil makan siang. Jaejoong mengerutkan hidungnya tidak suka melihat makanan yang lebih terlihat seperti makanan hewan. Ia jadi tidak berselera tetapi raut wajah masam itu hanya bersifat sementara karena tatapan tertuju pada Go Ahra—kepala pelayan menyebalkan dan paling setia itu membawa masakan berkotak-kotak untuknya.

Tidak menampilkan senyumannya sama sekali, Go Ahra bersyukur Tuan Mudanya tampak baik-baik saja. Si nakal itu selalu membuat khawatir jika tidak berada dalam jarak pantau. Dengan sigap menyiapkan makanan Tuan Mudanya. "Saya akan membawakan menu lainnya nanti malam."

"Ok." Jawab Jaejoong singkat, memang seperti inilah penjara di negaranya. Jika kau punya uang, kau bisa mendapatkan fasilitas yang bagus dan makanan enak. Jaejoong membawa makanannya ke meja paling pojok menikmati kemewahan dibalik tragedi ini.

Keempat rekan sekamarnya memperhatikan dengan kecapan mulut yang jelas terdengar. Sudah sangat lama sejak terakhir kali melihat menu seenak ini. Jaejoong setidaknya harus punya sekutu di sini. Melihat bagaimana para tahanan lainnya menatapnya, ia tak bisa menjamin akan aman. "Makanlah." Ucapnya sambil membagikan empat kotak lainnya.

Sedang dia memakan 3 kotak lain, yang isinya beraneka ragam.

Keempat rekan sekamar buru-buru membuka kotak makanan dengan wajah gembira. Mengabaikan fakta jika mereka sempat di pukul oleh si cantik. "Jadi apa kita sekarang sekutu?" Pertanyaan yang meluncur dengan mudah namun bermakna.

The Bad Boy | Yunjae ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang