Tidak jadi untuk menyusup, Junsu lebih fokus untuk mengintai arena. Mungkin jika terdesak ia akan menyusup ke dalam. Memantau kondisi sekitar sambil mempertimbangkan apa yang harus di lakukannya setelah ini. Bantuan belum di sampai, ini membuatnya sedikit kesal. Tidak bisakah mereka berjalan cepat? Membosankan.
Sekali kecelakaan tidak membuat Junsu Ragu, entahlah mungkin otaknya semakin bergeser sekarang. Selama ini berlindung di balik tidak berani dan ingin hidup nyaman, pertama kalinya Junsu terlibat aksi heroik bak pemeran utama dalam film yang sering ditontonnya saat tidak sibuk.
Arena Southern sangat ramai, pasti jumlah taruhannya sangat besar. Terkadang junsu juga ingin bersenang-senang tanpa memikirkan apapun. Melihat arah jarum jam yang berpindah jauh dari sejak pertama kali dia datang. Junsu di Landa oleh kebosanan. Tidak bisakah bawahan Yoochun bekerja lebih cepat sama seperti mulutnya yang terus mengomel tiada henti. "Aku bergerak duluan, kalian jangan bertindak gegabah."
Menekan tombol merah setelah mengatakan maksud panggilan itu. Merapihkan tempatnya saat ini, berharap pada keberuntungan semoga ia menemukan sesuatu disana. Ia mengencangkan tali tas, menggunakan masker berwarna hitam dan sebuah topi yang juga berwarna hitam.
Semua mata terfokus pada Arena tetapi Junsu tidak boleh gegabah. Ia harus menghitung jumlah cctv yang di pasang pemilik Southern di kantor Utama. Satu-satunya tempat yang dirasa menyimpan berkas penting.
Berlari tanpa meninggalkan bunyi, Junsu mencari lubang ventilasi yang sekiranya akan membawanya menuju Kantor utama. Dewi fortuna sepertinya sedang berpihak padanya, dengan mudah menemukan lubang ventilasi. Ia bersyukur karena tubuhnya muat saat merangkak ke dalam.
Suara riuh terdengar dengan jelas, telinga berdengung sedikit. Penglihatan Junsu sedikit mengabur karena asap yang entah berasal dari mana. Ia menajamkan pendengaran, berusaha fokus mencari pantulan suara yang paling mencurigakan.
Mengikuti apa yang didengar, Junsu berbelok ke kiri terus lurus dan akhirnya berbelok ke kanan. Suara tawa khas pria berperut buncit semakin terdengar dengan sangat jelas. Ia dengan segera membuka tas dan mengeluarkan recorder merekam apapun yang bisa di rekam olehnya.
".....kami semua ini memang sekutu dari Nyonya Jung Min Soo, kuharap niat baik Tuan Choi bisa membawa Nyonya pada Takhta." Begitulah yang didengar olehnya. Junsu menarik senyuman miring, memuji tindakan nekatnya ini. Oh benar-benar gila.
Dalang dari setiap rencana, apakah mungkin adalah Nyonya Jung Min Soo—Harta membutakan hati nurani manusia. Jadi apa yang kau harapkan dari wanita kaya penyebab kematian Ibu Kandung Tuan besar? Dia bertobat? Ah omong kosong. Sekali merasakan kemewahan duniawi susah untuk lepas darinya.
"....bagaimana jika kita melihat-lihat ke arena? Banyak sekali petaruh hari ini." Junsu tidak bisa melihat suara seseorang yang lebih mudah dari mereka dibawah sana.
Southern dan bisnisnya, sudah sangat terkenal di kalangan para geng. Narkoba, alkohol dan pelacuran, 3 hal yang menjadikan tempat ini populer. Setidaknya Wislord lebih baik.
Tidak menimbulkan suara walau sekecil apapun. Junsu melihat pintu terkunci dengan rapat. Ia mengeluarkan kaca di antara sela ventilasi untuk melihat apakah ada CCTV. Merasa aman untuk saat ini, Junsu mencabut pintu ventilasi, ia perlahan turun ke bawah.
Menggunakan sarung tangan agar tidak mencurigakan, Junsu mencari di antara berkas-berkas penting itu. Salah satunya yang berada di meja dan baru habis ditanda tangani, ia hanya memotret agar tidak mencurigakan. Beberapa catatan tampak mencuri perhatiannya sehingga junsu memutuskan untuk membawa mereka serta.
Sebelum ketahuan, ia meninggalkan kantor dengan rapih. Kini bergerak dengan cepat keluar dari ventilasi. Ayolah, dia panik karena alarm berbunyi. Pintar sekali pemilik Southern yang memasang alarm ditempat yang tidak diketahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy | Yunjae ✔️
Hayran KurguVersi PDF sudah tersedia+Bonus Chapter Mature / Drama / Romance/ Yunjae ❝Hidup itu penuh dengan drama jadi nikmatilah selagi bisa. Jangan biarkan semua berlalu tanpa ada satupun aksi heroik. Tidak suka dengan ucapanku? Biar pukulanku yang bicara. ❞ ...