Bersiul senang, jaejoong sedang mendengarkan siaran permintaan maaf dari Go Sunghee. Wajahnya terlihat tidak iklas dan merasa bersalah sama sekali. Sekretaris park sangat bisa di andalkan walaupun beberapa kali harus diancam dulu baru menuruti perintahnya. Telepon genggamnya memberikan informasi yang dibutuhkan.
Saat ini ia dan Junsu sedang dalam perjalanan menuju Kota Seoull. Yunho sudah kembali tadi malam, kata Kepala Pelayan Go, Nyonya Jung marah-marah tidak jelas dan membuat para pelayan hampir kehilangan pekerjaan. Hal tersebut di laporkan kepada Yunho sehingga membuat pria itu menyelesaikan pekerjaannya dengan segera.
Karena tunangannya sudah kembali ke rumah, menjadi pertanda jika dia harus kembali kesana. Yang mengerti jalan pikirannya hanya dia dan dirinya sendiri. Tidak ada yang bisa menebak apa yang otak kecilnya kerjakan. "—jaejoong, kau sudah dengarkan. Jika nyonya Jung kembali ke korea selatan. Pokoknya ingat, jangan berdebat dengan nyonya Jung. Kau tahukan betapa melengkingnya suara Nyonya Jung." Suara yang membuat jaejoong kehilangan konsentrasi ditengah lamunan kemenangannya.
Mengorek telinganya dengan wajah kesal, Jaejoong suka heran dengan junsu yang tidak sadar diri. Suaranya bahkan jauh lebih melengking dari ibu mertuanya. "—tidak janji ya su-ie, jika wanita itu mengajakku berdebat terlebih dahulu akan kuladeni. Enak saja. Dia pikir aku ini tipe menantu yang bisa dikendalikan." Mungkin kekacauan akan terjadi beberapa hari ke depan terutama dengan adanya ibu mertuanya. Sampai sekarang ia tidak mau patuh pada wanita itu. Bahkan dengan Yunho saja ia tidak mau patuh apalagi wanita itu. "—su, kau letakan dimana sepatu gunungku? Pokoknya cari, sepertinya aku akan menghancurkan koleksi Guci mahal Nyonya Jung itu jika dia macam-macam."
Melongo hebat, junsu memejamkan mata menahan kekesalannya. "—dasar gilaaaaaaaaa. Kau pikir Guci-guci itu harganya berapa hah? Ya Tuhan. Itu bahkan berkali-kali lebih mahal dari harga sepatuku." Sial. Orang kaya seperti jaejoong harus dimusnahkan. Berulang kali membuat jiwa missqueen menjerit meminta sedikit uang.
"Junsu bodoh. Memang sejak kapan kau melihatku waras? Aku ini sudah gila sejak lama, itu sebabnya Yunho jatuh cinta padaku. Coba saja tidak—kehidupan mewah ini hanya menjadi mimpi saja." Jaejoong jadi ingat bagaimana perjumpaannya dengan Yunho yang benar-benar diluar pemikirannya. Bahkan itu tidak bisa disebut sebagai kenangan indah. Walau begitu, Hal itu yang membuat Jung Yunho mengejarnya dan mengikat dalam istana mewahnya.
"Dasar nakal. Kau seharusnya merubah sifatmu jae. Bagaimana jika Kau punya anak nanti? Mau kau ajari apa dia?" Kenapa junsu menceramahi jaejoong, itu karena jika jaejoong berbuat salah yang akan dimarahi adalah dia. Yoochun tidak bisa memarahi jaejoong, Yunho saja tidak bisa, yang ada mereka yang akan dimarahi balik. Menjadi sasaran amukan dari Kim Jaejoong. Junsu jadi mengingat bagaimana Yunho yang membuat mood jaejoong jelek di dorong ke kolam renang tengah malam di musim dingin—pria itu menggigil kedingin meminta maaf.
Sejak itu juga, Yunho tidak ingin membuat jaejoong kehilangan mood baiknya.
"Akan kuajari pada anakku, cara mempertahankan apa yang seharusnya miliknya." Jawab Jaejoong dengan santai. Tidak terlalu peduli apa yang akan terjadi ke depannya. Lagi pula masih lama baginya untuk kembali memiliki anak. Sampai semua parasite menghilang dari sekitarnya.
Gerbang rumah sudah kelihatan, Jaejoong sudah tidak sabar. Semalam melakukan Video Call Sex tidak membuatnya puas sama sekali. Junsu membeli dildo yang tidak memuaskan nafsunya. Kecil. Itu bahkan tidak sebanding dengan yunconda kesayangannya. Ini sangat menyebalkan.
Akhir-akhir ini gara-gara tidak mendapat jatah ranjang yang sesuai. Kapan saja ia bisa horny dan ingin dimasuki. Yunho semakin hari semakin sibuk, jarang memiliki waktu bersamanya. Ini sangat menyebalkan, rasanya ingin merantai kaki pria itu agar tidak kemana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy | Yunjae ✔️
FanfictionVersi PDF sudah tersedia+Bonus Chapter Mature / Drama / Romance/ Yunjae ❝Hidup itu penuh dengan drama jadi nikmatilah selagi bisa. Jangan biarkan semua berlalu tanpa ada satupun aksi heroik. Tidak suka dengan ucapanku? Biar pukulanku yang bicara. ❞ ...