Hari ini Tama tidak masuk sekolah hal itu membuat Flui tidak fokus pada pelajaran bahkan ia berkali-kali ditegur oleh guru yang mengajar namun tetep saja ia tak bisa fokus. Yang ada didalam pikirannya saat ini adalah Tama, Tama, dan Tama. Bagaimana keadaan cowok itu? Apakah dia baik-baik saja? Sungguh ia tidak bisa tenang sekarang rasa kawatir dan cemas mendominasi diri Flui saat ini. Yang semakin membuat Flui tak bisa tenang karena kedua teman Tama juga tidak ikut masuk sekolah.
Kedua temannya bingung dengan sikap Flui. Pandangannya terlihat kosong dan menyiratkan kehawatiran yang cukup besar. Entah apa yang membuat temannya seperti itu tapi satu yang mereka tau kalau Flui sedang ada masalah.
Pelajaran ketiga dan keempat kosong karena bu Nani sedang sakit. Flui berjalan keluar kelas untuk menenangkan pikirannya. Sungguh ia merasa sangat kawatir saat ini.
"Mau kemana Flui?" tanya Ara
"Kerooftop" kata Flui singkat lalu kembali berjalan
"Kenapa dia?" tanya Ara pada Ana
"Mungkin lagi ada masalah biarin aja dulu nanti kalau dia udah siap cerita pasti dia cerita sendiri" kata Ana kemudian kembali melanjutkan menulis catatan di papan tulis
Sesampainya di rooftop Flui langsung mendudukan dirinya dikursi panjang yang biasa diduduki Tama. Flui kembali mengingat Tama, kenangan mereka saat Tama tiduran dengan menjadikan paha Flui sebagai bantalannya. Flui menyunggingkan senyumnya bukan senyum jail ataupun senyum manis miliknya melainkan senyum sendu. Siapa yang menatap pandangan itu mereka akan tau rasa sakit yang dirasakan Flui.
"Lo kemana Tam?" gumam Flui lirih
"Apa lo baik-baik aja?"
"Apa maksud lo gue jangan ninggalin lo lagi?"
"Gue bingung Tam gue bingung harus apa?" gumamnya lagi hingga tetesan air mata mulai membasahi pipinya
"Kenapa gue nangis gini sih? Segitu pentingnya kah Tama dalam hidup gue" kata Flui sanbil menyerka air matanya kasar. Tak lama ia tertidur dirooftop sekolah.
*****
Tama mengerjapkan matanya kepalanya terasa berat dan sangat pusing. Ia menatap ruangan yang ia tempati sepertinya sudah tak asing. Ya ini kamar Devid. Ia menerawang kembali kejadian semalam saat ia tengah kalap dan pergi ke tempat laknat itu dan banyak minum. Tapi ia teringat sesuatu bahwa ia melihat Flui disana dan membawanya keluar.
Pintu kamar Devid terbuka menampakkan sosok sang pemilik kamar dengan membawa air lemon ditangannya.
"Udah bangun lo?" tanya Devid
"Belum gue masih tidur udah jelas-jelas gue udah bangun ogeb" kata Tama
Devid mendengus " Dasar gak gau diuntung udah ditolongin malah nyolot untung temen"
Tama tak menghiraukan ucapan Devid ia memijat pelipisnya karena pusing mungkin efek terlalu banyak minum
"Nih" kata Devid menyodorkan air lemon ditangannya
Tama mengambil gelas itu dan langsung meminum isinya "Thanks"
"Hmm.. Lo kenapa sih sebenernya?" tanya Devid. Sebenarnya ia sangat penasaran apa yang membuat temannya itu kalap
Bukan menjawab pertanyaan Devid Tama malah menanyakan hal lain. "Joni mana?" tanya Tama
"Pulang tadi pagi. Udah deh lo jangan ngalihin pembicaraan" kata Devid
"Gue gak papa" kata Tama sambil memijat pelipisnya
Devid mendengus "Ck. Kayak cewek lo bilang gak papa tapi nyatanya ada apa-apa" kata Devid kesal
KAMU SEDANG MEMBACA
Komitmen (End)
Teen Fiction"Apa lo lihat-lihat" ketus gue "Siapa juga yang lihat lihat lo" jawab cewek tadi tak kalah sinis "Dasar cewek tengil. Buruan minta maaf sama gue" "Idih Ogah banget" "Heh kalian berdua, kenapa masih belum masuk kelas" ucap pak cipto guru paling kille...