Sudah terhitung satu minggu setelah kejadian dipasar malam itu sosok Tama yang ceria serta humoris kini hilang seolah ditelan bumi. Tama kini menjadi sosok yang dingin dan tak tersentuh. Penampilan yang biasanya berantakan tapi terlihat keren kini menjadi kacau. Rambut acak-acakan baju keluar serta pipi yang agak tirus benar-benar mengambarkan kekacauan yang terjadi dalam diri Tama.
Bahkan kini ia tiga kali sehari keluar masuk Bk. Sudah kaya minum obat saja hehe. Ia bahkan tak segan untuk membolos seharian full dan memilih berdiam diri di rooftop sekolah.
Huhungannya dengan Flui semakin renggang seolah mereka adalah orang yang tak saling kenal. Hal itu membuat Flui merasa ada yang hilang dari hidupnya. Ia sudah terbiasa dengan adanya Tama disisimya selalu menggoda dan menjailinya. Flui sungguh rindu momen-momen itu.
"Flui kamu akhir-akhir ini makin deket ya sama Alex?" tanya Ara
"Gak biasa aja" jawab Flui tanpa semangat. Sungguh selama Tama mangacuhkannya semangat Flui seolah hilang
"Tapi kamu sering pulang bareng loh masa biasa aja sih?"
"Iya Ara aku biasa aja sama Alex lagian aku juga anggep dia sebagai kakak aku sendiri sama kaya kak Raja gak lebih" jelas Flui kesal karena Ara selalu menanyakan hal yang sama
"Iya deh iya. Tapi kalau seumpamanya Alex suka sama kamu gimana?" tanya Ara lagi
"Ngaco" balas Flui
"Tapi Ara ada benernya Flui soalnya aku lihat tatapan mata dia beda ke kamu. Misalkan dia suka beneran sama kamu gimana?" tambah Ana
"Kalian ini kenapa sih. Aku udah bilang Alex udah aku anggep kakak aku sendiri" kata Flui kesal dan beranjak pergi keluar kelas
Terdengar helaan napas dari kedua sahabat Flui karena mereka yakin bahwa Alex memang memiliki rasa yang lebih dari sekedar teman pada Flui. Terlihat jelas dari cara Alex memperlakukan Flui
"Apaan sih mereka. Udah aku bilang juga kalau Alex gak suka sama aku" gerutu Flui sambil berjalan ke arah rooftop. Entah kenapa kakinya membawa dirinya kesini
Sampai dipintu dirooftop ia tersadar. Ia menjadi ragu untuk membuka pintu didepannya karena ia tau bahwa orang yang selama ini berusaha menghindarinya ada di dalam sana.
"Gue harus bisa" kata Flui memantapkan hati dan fikirannya
Ia membuka pintu rooftop dengan perlahan terlihat seorang bertubuh jangkung tengah tiduran di kursi panjang rooftop dengan majah damainya. Perlahan Flui berjalan mendekaki cowok itu berada.
"Gue suka diri lo yang ini Tam, lo terlihat polos" gumam Flui sambil menatap wajah polos dan tenang Tama ketika tidur.
Perlahan tangan Flui menyentuh rahang tirus Tama. Entah sudah berapa hari pola makannya tidak teratur hingga rahang yang biasanya terlihat kokoh dan berisi kini lebih terlihat tirus.
Merasa ada yang memegang bagian wajahnya Tama sontak membuka mata. Yang terlihat adalah sosok perempuan yang selama ini ia rindukan, yang selama ini ia coba hindari. Tanpa aba-aba ia langsung memeluk Flui erat seakan ketika pelukan itu terlepas ia akan kehilangan dirinya.
Flui menegang seketika dengan sikap Tama yang tiba-tiba memeluknya begitu erat seolah menyiratkan kerinduan yang mendalam. Dengan ragu ia mulai membalas pelukan Tama tak kalah erat hingga beberapa lama.
"Jangan tinggalin gue lagi" gumam Tama dengan lirih namun Flui masih dengan jelas mendengar itu
Deg..
Setelah mengucapkan itu Tama tiba-tiba melepaskan pelukannya dan berjalan pergi meninggalkan rooftop. Namun tangan Flui menghentikan langkahnya
"Tam" panggil Flui lirih
KAMU SEDANG MEMBACA
Komitmen (End)
Roman pour Adolescents"Apa lo lihat-lihat" ketus gue "Siapa juga yang lihat lihat lo" jawab cewek tadi tak kalah sinis "Dasar cewek tengil. Buruan minta maaf sama gue" "Idih Ogah banget" "Heh kalian berdua, kenapa masih belum masuk kelas" ucap pak cipto guru paling kille...