#34 Kebenaran

454 21 4
                                    

"Putra" kata Flui lirih

Deg.

Jantung Tama berdetak hebat mendengar panggilan itu lagi setelah bertahun-tahun tak mendengarnya

Tubuhnya diam membeku seolah dunia berhenti berputar dan menghentikan waktu. Dia hanya diam tak bergeming lidahnya terasa kelu untuk mengucapkan kata-kata.

"Tam" panggil Flui lagi namun dengan panggilan yang berbeda

Tama mengerjapkan matanya beberapa kali mencoba mengembalikan penuh kesadarannya.

"Ya?" hanya Itu yang mampu Tama ucapkan

"Terimakasih udah nolong gue" kata Flui tulus dengan wajah sendunya.

"Iya sama-sama" balas Tama agak canggung

"Tama" panggil Flui

Tama menoleh kearah Flui yang tengah memainkan jarinya mendakan kalau ia tengah gugup. Tama berusaha mati-matian menahan senyum dibibirnya sungguh tingkah Flui yang satu ini membuatnya gemas.

"Kenapa?" tanya Tama

Flui tak menjawab ia berusaha bangun dari tidurnya. Mengerti Flui ingin bangun Tama menbantu Flui untuk duduk. Bukannya membantu yang ada tubuhnya membatu karena tiba-tiba Flui memeluknya erat.

"Flui" ucap Tama pelan seakan berbisik

Tangis Flui pecah dalam pelukan Tama. Dengan ragu Tama membalas pelukan Flui.

"Aku kangen kamu hiks..." kata Flui disela-sela tangisnya

Tama mengelus surai Flui pelan "Aku juga Zein" balas Tama lirih

Tangis Flui semakin jadi kala Tama memanggilkan dengan panggilan masa kecilnya dulu

"Kenapa hiks.. Kamu gak bilang hiks.." kata Flui sambil sesegukan

Tama mengurai pelukannya kemudian menangkup wajah Flui.

"Aku minta maaf. Tapi ini yang terbaik" kata Tama lirih

"Kamu tau aku selama ini mencarimu hiks.."

"Aku tau" balas Tama

"Lalu kenapa selama ini sembunyiin ini dari gue hiks.. Kenapa?" tanya Flui sambil memukul dada bidang Tama menyalurkan emosinya saat ini.

Tama membiarkan Flui memukul dirinya ia tau saat ini Flui tengah kecewa padanya.

"Apa karena itu lo jauhin gue akhir-akhir ini?"

Tama diam ia tak tau harus berbuat apa. Flui tersenyum miris

"Apa lo udah lupain gue? Makanya lo ngejauh?" tanya Flui lagi

"Gak, bukan-"

"Emang gue yang terlalu berharap, setelah sepuluh tahun gak mungkin lo masih inget gue. Gue emang bodoh gue masih aja berharap lo akan kembali. Tanpa sadar bahwa itu hanya ilusi semata" kata Flui memalingkan wajahnya dari Tama

Dada Tama sesak mendengar ucapan Flui. Sejujurnya ia tak ingin seperti ini namun ia tak boleh egois karena perasaannya. Tama menarik dagu Flui menatap maniknya dalam.

"Dengerin gue. Gue gak pernah lupa sama lo. Asal lo tau selama ini gue nyari lo Zein. Gue bahkan nyewa beberapa detektif untuk cari lo" kata Tama menjeda ucapannya. Sementara Flui terus menyelami mata tedu Tama tak ada kebohongan didalamnya hanya terpancar ketulusan dan kebenaran.

"Akhirnya beberapa waktu lalu orang suruhan gue berhasil nemuin lo. Tapi semua udah terlambat" tambah Tama

"Gak ada yang terlambat Putra. Gue disini masih nunggu lo selama sepuluh tahun" kata Flui

Komitmen (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang