Four

584 101 44
                                    

Ryan meringis kecil karena bibirnya terasa perih sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"A cepetan makanan udah siap!" teriak Stella dari ambang pintu.

"Iya tunggu sebentar... Ah bibir masih perih gini gimana mau makan." Keluh Ryan sambil berjalan menuju ruang makan.

Setelah semua berkumpul dan duduk di tempatnya masing-masing, mereka lantas merapatkan kedua tangannya masing-masing dan berdo'a. "Amen."

"Selamat makan" pekik Stella membuat Papi menggelengkan kepalanya.

"A masih perih bibirnya?" Tanya Papi.

"Masih." Jawabnya pelan.

"Kamu makan bubur aja dulu." Ryan hanya mengangguk patuh setelah disodorkan semangkuk bubur.

Mami mengelus rambutnya sayang. "Abisin makanannya... Nanti di sekolah gimana, kamu makan apa?"

"Emm gak tau, biar Aa beli susu aja disana."

"Laper nanti kalo susu doang... Bawa aja dari rumah kalo gitu sama roti."

"Gak usah, biar Aa beli aja di kantin." Sambil tersenyum.

"Yaudah gimana Aa aja."

Setelah acara sarapan selesai Stella dan Ryan siap-siap untuk pergi ke sekolah. Papi dan Mami selalu memeluk mereka sebelum menuju mobil.

Papi memeluk anak laki-lakinya erat. "A... Papi gak minta apa-apa, yang Papi mau cuman Aa harus bisa jaga diri ya." Ryan hanya mengangguk di pelukannya.

Ryan kemudian masuk ke dalam mobil. "Semangat boy." Ujar Papi mengacak rambutnya.

"Pi, rambut Aa berantakan nanti." Gerutu Ryan sambil merapihkan rambutnya.

"Ya Tuhan rambut kamu kan pendek gak akan jadi kusut, kalo Papi kaya gitu sama Adek baru protes." Keduanya saling memincingkan matanya kemudian tersenyum.

"Papi juga jangan capek-capek, udah tua tambah tua nanti."

"Dih udah berani ngatain."

"Hehehe becanda."

"Adek kamu jangan nakal di sekolah, jangan cari gara-gara mulu. Papi bosen dipanggil ke sekolah." Teriak Papi.

"Gak akan!" Teriak Stella.

Karena Ryan dan Stella sudah tidak satu sekolah tentu saja mereka berangkat dengan mobil yang berbeda.

Sesampainya di sekolah Ryan segera turun, ternyata banyak juga siswa yang baru berdatangan. Entah bagaimana Ryan dan si kembar juga Krystal berpapasan. "P-pagi Sarah."

Sarah hanya menatapnya tanpa minat kemudian mengangguk asal sambil terus berjalan.

"Pagi Ryaaaan" Krystal yang malah menjawab sapaannya.

Ryan tersenyum kecil. "Pagi Serina."

"Eh? emm pagi Ryan" jawab Serina kikuk sambil mencoba tersenyum.

Ketiga perempuan itu berjalan tepat di depan Ryan, tiba-tiba Sarah berbalik membuat Ryan otomatis menghentikan langkahnya. Sarah mendorong bahu Ryan pelan agar sedikit menjauh. "Kok lo ngikutin gue?"

Ryan berkerut bingung dengan pertanyaan Sarah kemudian menggeleng. "Aku gak ngikutin kamu kok Sarah, aku juga m-mau masuk."

"Ya terus kenapa ada di belakang gue?" Tanyanya galak.

Ryan hanya terdiam tidak punya alasan apapun.

"Kak Sarah." Panggil Serina karena kembarannya itu malah memarahi Ryan yang tidak berbuat salah apapun.

Sebelah Mata ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang