Thirty One

631 65 62
                                    

"Kamu gak akan lepasin aku? Nanti telat Ryan." Cicit Serina yang masih menunduk.

Karena tidak ada jawaban Serina mencoba mendongak dan Ryan yang sejak tadi terus memperhatikannya membuat kedua pipinya semakin memerah. Serina menunduk lagi dan menghela napasnya merasa bingung dengan kelakuan Ryan yang tidak melepasnya sejak bangun.

Serina terkejut ketika Ryan mengangkat tubuhnya. "Mau apa?" Tanya Serina pelan.

Tanpa menjawab Ryan membawanya ke kamar mandi. Saat Serina hendak menutup pintu kamar mandi Ryan segera menahannya membuat Serina kebingungan, beberapa detik kemudian Serina melotot kaget. "Jangan bilang-..."

Tanpa ekspresi Ryan ikut masuk ke dalam kamar mandi. Sungguh Serina dibuat bingung dengan kelakuan suaminya. Apa mereka sudah tidak malu lagi melihat satu sama lain tanpa busana?

Setelah acara mandi bersama kini Serina memilih bajunya yang akan ia kenakan, Ryan yang berdiri tidak jauh darinya hanya diam memperhatikan. "Aku lebih suka kamu pake dress." Celetuk Ryan membuat Serina terlonjak kaget.

Hey ia kan akan pergi mengajar bukan pergi ke sebuah pesta. Serina terdiam sejenak kemudian mengambil sebuah rok untuk ia pakai.

Setelah itu Serina segera menyiapkan sarapan sedangkan Ryan masih berpakaian. "Serina dasi aku yang garis-garis dimana?"

Serina yang sedang menggoreng nasi segera menoleh. "Ada di laci cari aja."

"Gak ada."

"Ada itu kan tempat dasi semua pasti ada."

"Tapi gak ada."

Serina berdecak kesal. "Yaudah tunggu sebentar."

Selesai menyiapkan sarapan Serina menghampiri Ryan yang masih di kamar, pria itu hanya terduduk menunggu. Serina langsung mencari dasi yang diinginkan suaminya.

Serina segera berbalik sambil menenteng dasi. "Nih kan udah aku bilang ada, lagian itu baju kenapa belum di kancingin?" Omel Serina membuat Ryan tersenyum kecil.

Ryan berdiri dan Serina lantas mengkancingkan kemeja pria itu. Serina langsung menaikkan kerah dan tangannya kini memasangkan pola dasi dengan bibirnya yang mengatup seperti cemberut. Ryan menarik pinggang Serina mendekat membuatnya terkejut, tolong ada apa ini tiba-tiba suaminya berkelakuan seperti ini. Serina berdehem kecil lalu kembali fokus memasangkan dasi dengan membiarkan pinggangnya masih dipeluk.

Kini mereka berdua menyantap makanannya. "Enak." Celetuk Ryan membuat Serina mendongak.

Ryan tersenyum membuat Serina mengalihkan pandangannya karena tersipu, tumben sekali pikirnya memuji makanan yang ia buat.

"Serina kaos kaki aku dimana?"

Serina yang sudah menunggu di dekat pintu menghela napasnya. "Ada juga dibawah laci dasi Ryan."

Tidak lama suara Ryan kembali terdengar. "Yang warna navy gak ada."

"Pake yang mana aja."

"Aku pengen yang senada."

Serina melihat jam tangannya lalu berdecak, ia buru-buru menghampiri dan langsung mencari kaos kaki. "Dimana ya lusa perasaan udah disimpen." Gumam Serina sambil tetap mencari.

"Cepet pake nanti terlambat." Ujar Serina sambil menyerahkan kaos kaki.

Ryan buru-buru memakai kaos kaki dan sepatunya. Kini keduanya sudah berada di dalam mobil dan Ryan melajukan kendaraannya dengan cukup kencang.

"Ryan pelan-pelan aja." Tapi pria itu malah tersenyum dan mempercepat lajunya.

"Ih pelan-pelan!!!" Pekik Serina sambil mencubit lengan sebelah kiri.

Sebelah Mata ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang