Fifteen

486 90 121
                                    

Setelah Sarah membersihkan diri dan mengganti bajunya Serina memberikan segelas air hangat, Krystal juga disampingnya terus mengelus bahunya. Sarah menceritakan semua kejadiannya membuat ia kembali menangis. Kedua orang itu sama kagetnya sampai mereka menutup mulutnya. Serina bakan ikut menangis mendengar hal itu.

"Sarah sorry, gue tadi malah pulang duluan dan gak nemenin lo." Sesal Krystal yang buru-buru digelengi kepala oleh Sarah sebagai jawaban.

"Gue juga sedih, Ryan kayaknya gak nyaman waktu ada gue." Ujarnya sambil mencoba menghapus air matanya yang membasahi pipi.

"Kenapa? Kan lo udah nolongin dia." Timpal Krystal cepat.

"Ini mungkin karena gue juga. Sebelum kejadian seminggu lalu gue dorong dia buat ngejauh. Gue bilang kalo dia gak usah sok kenal dan gangguin gue lagi."

Krystal menghela napasnya. "Lo tuh ya, ck." Diakhiri dengan decakan.

"Gue nyesel udah dorong dia buat jauhin gue Tal." Ujarnya pelan.

"Kak Sarah..." Serina kembali memeluk Sarah yang kembali menangis.

Kini ketiganya tidur bersama di ruang TV, Sarah sudah tidur meringkuk sejak tadi, mungkin tubuhnya begitu lelah sedangkan Serina dan Krystal masih terjaga dan hanya memandang langit-langit ruangan. "Ser belum tidur?"

"Belum, kenapa?" Bisik Serina disampingnya.

Krystal kembali menghela napasnya. "Sarah pernah cerita sama gue beberapa waktu yang lalu kalau dia suka sama Ryan." Serina yang mendengarnya menelan ludahnya kasar.

Serina mencoba mengangguk. "Keliatan kok kalo Kak Sarah sebenernya suka sama Ryan."

"Sebenernya Sarah sempet nyangkal karena ini pertama kalinya buat dia suka sama seseorang tapi ternyata katanya sangkalannya gagal. Sarah beneran suka apalagi kalo liat Ryan senyum." Serina hanya mengangguk sebagai respon.

"Tapi kejadian seminggu lalu bikin semuanya berubah. Sarah sebenernya kecewa sama dirinya karena Ryan liat dia yang waktu itu sama gue di gudang belakang. Dan bodohnya Sarah malah nyuruh Ryan jauhin dia, gue gak tau harus gimana sih Ser." Keluh Krystal.

'Aku juga suka sama Ryan.' batin Serina.

"Aku juga gak tau harus gimana." Ucap Serina.

"Yaudahlah sekarang kita tidur, besok pada mau jenguk kan?" Serina tersenyum kecil sambil mengangguk.

Esoknya Papi Ryan pun datang ke sekolah untuk menyelesaikan masalah yang menimpa anaknya. Tentu saja Rama dan teman-temannya sudah dipastikan akan dikeluarkan dari sekolah.

"Om Damian." Panggil Sarah membuat Papi Ryan berbalik.

"Eh Sarah, ada apa?" Tanyanya sambil mengelus kepalnya.

Sarah menggigit bibir bawahnya kemudian memberanikan bertanya. "Ryan masih di rumah sakit?"

"Iya masih, kenapa?"

"Mmm aku masih boleh jenguk?" Ujarnya pelan.

"Boleh dong, Kai juga katanya mau jenguk sepulang sekolah." Jawaban Papi Ryan membuat Sarah mengangguk sambil tersenyum.

"Yaudah Om duluan ya, kamu belajar yang semangat." Sarah semakin tersenyum lebar.

Pulang sekolah Sarah, Serina dan dua temannya bermaksud untuk menjenguk Ryan di rumah sakit. Sebelum itu Sarah meminta Krystal menemaninya terlebih dahulu untuk membeli bunga di dekat supermarket depan sekolah. Sementara itu Serina dan Wilona menunggu di depan sekolah.

"Ayo Tal cepet."

"Mau ngapain sih?"

"Ih kan gue udah bilang mau beli bunga dulu."  Ujar Sarah kesal sambil menarik tangannya.

Sebelah Mata ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang