Twenty Five

591 77 61
                                    

4 bulan kemudian...

Ryan mengelus halus ujung mata Sarah yang masih terpejam kemudian turun ke pipinya yang sekarang berubah menjadi chubby. Tidak berniat membangunkan Sarah di dekapannya, Ryan mengelus punggungnya agar Sarah semakin nyaman. Kandungan Sarah saat ini sudah menginjak usia 6 bulan lebih, seringkali wanita itu mengeluh meskipun belum serepot nantinya mungkin.

Ryan mengecup dahi Sarah dengan Sayang dan tidak lama matanya perlahan terbuka. "Good morning Mama." Bisik Ryan kemudian mengecup bibirnya.

Sarah mengerjapkan matanya pelan kemudian tersenyum lirih. "Good morning Papa."

Wanita itu mengusak semakin masuk kedalam dekapan Ryan. Pria itu tersenyum lebar sambil mengecup pucuk kepala Sarah. Tidak ada yang paling membahagiakan daripada ini setiap harinya. Terbangun dan tersenyun dengan melihat satu sama lain ketika mereka bangun tidur.

"Papa belum nyapa si bayi." Bisik Sarah sambil tersenyum.

Ryan yang cukup mendengar bisikan Sarah ikut tersenyum lebih kepada menyeringai. "Papa belum nyapa si bayi karena Mama peluk-peluk Papa terus." Jawab Ryan.

Wanita itu terkekeh kemudian melonggarkan pelukannya. Ryan terduduk kemudian menyingkap baju tidur Sarah yang berbentuk dress, tangan pria itu mengelus langsung kulit perut Sarah. Tau tidak kalau kegiatan ini merupakan kegiatan favorit dari keduanya.

Selalu saja merasakan sensasi aneh seperti banyak ribuan kupu-kupu yang berterbangan di dalam perut. "Good morning baby."

"Good morning Papa." Timpal Sarah menirukan suara anak kecil.Keduanya tertawa kecil kemudian Ryan menciumi perut buncitnya.

"Geli sayang." Kata Sarah sambil tertawa. Tapi pria itu semakin melancarkan aksinya dengan terus menciumi perutnya.

"Daviandra geli!!!" Pekik Sarah tertahan sambil menangkup wajah Ryan.

Ryan tertawa terbahak-bahak. "Kamu mah ih makin disengaja aku larang tuh." Ujar Sarah yang ikut tertawa.

"Suka sih."

"Kamu tau gak kalau kamu ajak ngobrol, dielus-elus atau diciumin dia suka heboh di dalem perut aku." Tunjuk Sarah ke arah perutnya.

Ryan lagi-lagi terkekeh melihatnya. "Ini lagi mukul perut Mama ya? Atau lagi joget-joget di dalem?" Tanya Ryan jenaka.

Sarah memukul pelan bahu Ryan yang saat ini mengungkungnya. "Masa joget-joget sih." Keluh Sarah.

"Ya abisnya kamu bilang kan lagi heboh tadi."

Sarah memutar bola matanya. "Ya tapi gak joget juga kan?"

Ryan menurunkan kembali baju tidur Sarah lalu merangkak hingga mensejajarkan wajahnya dengan Sarah, pria itu kemudian menciumnya lembut. "Ragana." Bisik Ryan ditengah ciumannya.

Kemudian Sarah melepaskan tautan bibirnya. "Hmm? Apa?" Tanyanya polos.

"Ragana."

"Aku mau kasih nama si bayi Ragana." Lanjut Ryan sambil menyampirkan rambut Sarah kebelakang telinganya.

Sarah tersenyum sambil mengangguk. "Iya boleh, terus kan kemarin setelah di usg anaknya laki-laki." Ujar Sarah sambil mengelus perutnya.

"Terus udah jelas raganya jadi aku kasih nama Ragana aja." Jawab Ryan.

"Hih jadi cuman karena itu doang?" Tanya Sarah.

Ryan lagi-lagi tertawa kemudian tersenyum manis. "Selain itu semoga dia punya kehidupan yang baik dan kuat."

Kemudian Ryan menunduk. "Dia gak boleh kaya Papanya yang gak bisa apa-apa, dia harus kaya Mamanya yang kuat."

Entah kenapa Sarah menangkap ucapan Ryan berbeda, matanya berkaca-kaca. "Kamu gak boleh bilang begitu, anak kita juga harus kaya Papanya yang baik." Ujar Sarah sambil mengelus pipi Ryan.

Sebelah Mata ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang