Twenty Nine

584 67 39
                                    

Serina membuka matanya perlahan sambil sesekali mengerjapkan matanya, hendak menggeliat tapi tubuhnya sulit digerakkan hingga akhirnya Serina terdiam sadar. Tubuhnya terkurung karena Ryan memeluknya erat, kejadian semalam kembali terulang membuatnya memejamkan mata, seperti mimpi tapi mana mungkin karena saat ini tubuhnya merasakan pegal-pegal.

Serina menunduk mengintip di balik selimut dan benar saja tubuhnya tidak mengenakan kain sehelai benangpun dan saat ini Ryan memeluknya dengan tubuh polosnya, tanpa malu kulit keduanya saling bergesekan satu sama lain.

Jika ingat semalam Serina kembali bersedih, mereka melakukan ini tanpa keinginan yang tulus tepatnya dari Ryan, pria itu melakukannya hanya karena mabuk dan mengingat kembarannya yang sudah tidak ada. Dan mungkin pria itu akan melupakan kejadian semalam dengan mudah.

Serina mendongak dengan mata yang berkaca-kaca, hendak melepaskan diri tapi pergerakannya membuat Ryan terusik.

Perlahan Ryan membuka matanya kemudian diam termenung, setelah beberapa saat ia melotot kaget dan menjauhkan tubuhnya. Ryan meringis merasakan pusing di kepalanya yang belum hilang, saat ia kembali menoleh Serina merapatkan selimut ditubuhnya sambil menghapus air matanya dengan cepat.

"S-Serina..."

Tanpa menjawab Serina terduduk dan menarik selimut untuk dililitkan ditubuhnya lalu turun dari ranjang hendak pergi ke kamar mandi. Saat berjalan Serina meringis merasa ngilu dibagian bawah tubuhnya hingga ia terdiam sesaat merasakan hal aneh yang belum pernah ia rasakan. Ryan buru-buru menghampiri dan mengangkat tubuhnya membuat Serina mendongak kaget.

Setelah menurunkan Serina di kamar mandi wanita itu segera menutup pintunya membuat Ryan terdiam. Ia dengan cepat berbalik dan memunguti pakaiannya, saat menoleh ke atas kasur bekas darah membuat Ryan meringis. Ia seperti de javu dengan keadaan ini. Bedanya mungkin saat itu Sarah tersenyum dan wanita itu sendiri yang menarik seprai yang terkena darah miliknya.

Ryan yang merasa bersalah langsung menarik seprai untuk ia bawa ke tempat mencuci pakaian, jantungnya hampir saja jatuh melihat jam sudah pukul 8 tapi selanjutnya ia menghembuskan napasnya lega karena sadar sekarang tidak ada jadwal ia mengajar. Buru-buru Ryan membereskan tempat tidurnya.

Di dalam kamar mandi Serina melepas selimutnya kemudian berjalan ke arah cermin sambil memperhatikan tubuhnya. Banyak sekali bercak merah ditubuhnya, ia menyentuh salah satu tanda itu di lehernya sambil mengusapnya pelan. Serina menunduk sambil mencengkram kuat wastafel dengan sebelah tangannya.

Serina menghela napas lalu melangkahkan kakinya ke arah shower dan mengguyur seluruh tubuhnya.

Setelah sekitar 35 menit ia habiskan di kamar mandi kini kakinya melangkah keluar dibalut bathrobe menuju lemarinya, tubuhnya sekarang cukup segar tapi ia tidak melihat suaminya.

Serina mengkerutkan dahinya saat menoleh ke kasur seprainya sudah diganti dan rapih, sebelum mengganti pakaiannya Serina kembali menoleh ke arah kasur dan bayangan semalam kembali terulang.

Gila, ini sungguh gila.

Semalam setan dalam tubuhnya terus berebut minta dimenangkan. Bagaimana bisa dia yang merasa sakit hati tapi dia juga yang menikmatinya semalam, bahkan mulutnya terus melenguh dan meneriakkan nama Ryan karena pria itu tidak mau berhenti meskipun ia memohon.

Apa orang mabuk malah jadi kuat pikirnya tidak mendasar. Serina memejamkan matanya dan menggeleng keras tapi pikirannya malah terus membayangkan.

Ya Tuhan bagaimana bisa Serina mengimbangi pria itu semalam. Ia jadi teringat ucapan adik iparnya waktu itu kalau di awal akan terasa sakit dan seterusnya berbeda. Serina mungkin akan setuju setelah semalam merasakannya sendiri.

Sebelah Mata ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang