Thirty Four (End)

1.4K 86 121
                                    

Hari-hari kembali terlewati, seperti malam ini Serina menangis sendirian di ruang TV merasa kesepian karena Ryan tidak ada di rumah.

"Serina kenapa sayang?" Mertua dan adik iparnya yang tiba-tiba datang membuat Serina menoleh kaget.

Buru-buru Serina menghapus air matanya dengan napas sesegukan. "E-enggak kok."

"Ryan mana?" Tanya Mami sambil mengelus pipinya.

Serina melipat bibir atas dan bawahnya lalu menggeleng tidak tahu. "Stella tanyain kakak kamu dimana." Kesal Mami dan Stella mengangguk.

Yuna tentu khawatir saat ia berniat berkunjung tapi malah mendapati menantunya menangis tergugu di ruang TV sendirian.

"Katanya Aa ada di rumah Kai." Ujar Stella memberi tahu.

Lalu Stella mendekat ke arah kakak iparnya. "Kak kenapa? Pengen di elus-elus ya? Yuk sama aku aja di temenin."

Serina yang masih terisak menggeleng. "Emm gak usah gak apa-apa kok." Jawabnya sambil menghapus air matanya membuat Mami menoleh.

Sejujurnya Serina cukup malu ketahuan menangis seperti ini oleh mertuanya, tapi mau bagaimana lagi ia tidak bisa menahan tangisnya.

Dan Serina merasa semenjak hamil ia begitu sering menangis, kadang hal sepele pun selalu ia tangisi sampai-sampai hidung dan pipinya memerah.

Mami segera berdiri dan menelpon anaknya. Dua panggilan tidak diangkat akhirnya panggilan ke tiga telponnya terhubung.

"Dimana kamu?!" Marah Mami.

"Aa main di rumah Kai, kan tadi udah ngabarin ke si Adek." Decaknya di sebrang sana.

"Suami macam apa kamu ninggalin istrinya sendirian malem-malem sambil nangis hah?!"

Ryan disana terdiam. "Iya sebentar lagi Aa pulang."

"Pulang sekarang!!!"

"Iyaaa." Lirihnya.

Setengah jam kemudian Ryan akhirnya pulang dan Mami langsung memarahinya sesaat setelah Ryan masuk da ia hanya bisa diam menunduk. "Kamu gak akan ngerti gimana susahnya lagi hamil Ryan. Kamu pikir hamil itu gak kesusahan? Mami hamil kamu aja kesusahan, mual-mual, pengen ini dan itu, pengen Papi kamu selalu ada."

"Dan sekarang kamu seenaknya main sedangkan istri kamu nunggu di rumah sendirian." Lanjut Mami mengeluarkan kekesalannya.

Serina terdiam mendengar mertuanya marah-marah, baru kali ini melihat sosoknya yang lain.

"Lihat Mami!!!" Ryan lantas mendongak.

"Mami dan Papi gak pernah mengajari kamu bersikap kurang ajar seperti ini Ryan, apalagi sama istri kamu. Ngerti kamu?"

Ryan menunduk dan langsung mengangguk. "Samperin istri kamu dan minta maaf." Titah Mami.

Ryan menurut dan duduk di sebelah Serina, tangannya terulur menyentuh perut buncit Serina membuat wanita itu langsung terdiam.

"Maaf." Ujarnya pelan menunduk tanpa menatap Serina kemudian tangannya bergerak mengelus halus perutnya.

Satu jam kemudian Mami dan Stella memilih untuk pulang dan Serina sudah masuk lebih dulu ke kamar. Saat Ryan masuk Serina sudah merebahkan tubuhnya memunggungi dengan selimut sampai pinggangnya.

Diam-diam Serina kembali menitikan air matanya dengan melipat bibirnya agar tidak mengeluarkan isakan. Hatinya terlalu kecewa malam ini hingga sejak tadi hanya cairan bening yang terus ia keluarkan.

Ryan terdiam melihat punggungnya yang masih sedikit bergetar kemudian berjalan ke hadapan istrinya. Serina yang sadar buru-buru menghapus air matanya dan menunduk dalam.

Sebelah Mata ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang