Sarah masuk ke dalam kamarnya dengan lesu, ia duduk dipinggiran kasurnya dan menunduk. Kembali ingatan dan pendengarannya terngiang karena kejadian tadi di sekolahnya.
"Sarah." Panggil Krystal membuat Sarah menoleh.
"Kita ke kelas aja."
Sarah menggeleng begitu pelan dengan bibirnya yang terkatup rapat.
"Kita disini gak ngapa-ngapain Sar, ayo ke kelas."
Lagi-lagi Sarah menggeleng pelan. "Gue mau disini." Lirihnya.
"Kenapa? Lo tadi gue suruh nyamperin dia tapi bilangnya bukan urusan lo, sekarang apa?" Bisik Krystal kesal.
Sarah tidak menjawab dan malah menunduk.
"Terserah, lo mau jadi patung apa disini? Gue ke kelas." Begitu saja Krystal Meninggalkan Sarah yang tetap berdiri cukup jauh dari Ryan.
Sarah bisa melihat dengan telaten Amanda terus membantu Ryan.
"Yan, perut lo lebam." Ujar Amanda sambil menyentuh perut laki-laki itu.
Ryan hanya mengangguk karena menahan rasa sakit. "Terima kasih Amanda." Ucapnya pelan. Mata Sarah tiba-tiba memanas, meskipun tidak terdengar jelas ia bisa melihat bibir Ryan bergerak mengucapkan terimakasih.
Tidak lama pintu terbuka tergesa membuat Sarah menoleh terkejut. Ia bisa melihat wanita tinggi di depannya.
Mami Ryan datang dengan wajah paniknya. "Aa astaga, kamu kenapa?"
Semua orang tidak menjawab karena melihat kepanikan Maminya Ryan. Setelah beberapa saat Mami ikut membantu Ryan meskipun sambil menahan isakannya melihat anak sulungnya seperti ini. Kemudian ia menoleh ke arah gadis yang sejak tadi hanya berdiri. "Sarah? Kamu Sarah kan?"
Sarah yang masih berdiri cukup terkejut. Mami Ryan mengetahui karena pandangannya turun menuju nametag di baju seragamnya. "I-iya." Jawabnya pelan.
Mami berdiri melangkah mendekat kemudian memeluknya, kembali Sarah dibuat terkejut. "Makasih ya Sarah. Kamu dari awal suka nolongin Ryan."
"Eh?"
"Ryan selalu nyeritain kamu di rumah, kamu juga punya kembaran ya?"
Sarah hanya mengangguk bingung. Amanda yang masih berdiri di dekat ranjang hanya tersenyum kecut, bagaimana bisa setelah berterima kasih padanya sekarang Maminya Ryan menghampiri Sarah yang jelas-jelas tidak membantu anaknya sama sekali.
"Mi." Panggil Ryan membuat ibunya itu melepaskan pelukan dan Sarah ikut menoleh.
"Aa mau pulang." Ujarnya dingin.
Untuk pertama kalinya Sarah mendengar suara Ryan yang tidak sehangat seperti biasanya. Maminya mengangguk tanda merespon. "Tapi kita kerumah sakit dulu."
Ryan tidak menjawab dan sejak tadi tidak menoleh ke arah Sarah. Tidak lama kemudian Papinya datang ke ruang UKS setelah sebelumnya ia berurusan di ruang kepala sekolah. Wajahnya merah padam menahan amarah mengetahui anaknya diperlakukan seperti ini. "Ayo cepet ke rumah sakit."
Papi membantu Ryan dari ranjang. "Aa masih bisa jalan sendiri?" Anaknya hanya mengangguk sambil memegang perutnya.
Mami ikut menghampiri Ryan. "Makasih ya." Ujarnya lagi pada Amanda membuat gadis itu mengangguk seraya tersenyum kecil.
"Sarah makasih ya."
Gadis itu mendongak dan menggelengkan kepalanya. Ia merasa tidak pantas mendapat ucapan terimakasih disaat ia tidak membantu sama sekali.
Ryan berjalan dibantu Papinya. Sarah terus menatap laki-laki di depannya yang berjalan pelan dan dengan begitu saja Ryan berjalan melewatinya tanpa sedikitpun meliriknya. Ada rasa tidak nyaman yang Sarah rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelah Mata ✔️
Romance(COMPLETED) Tatap mataku maka kamu akan tetap melihat dia dalam pancarannya.