Twenty Seven

570 73 52
                                    

Satu jam sebelumnya...

Serina masuk ke kamar inap kembarannya dan langsung duduk di kursi pinggir ranjang. Serina tersenyum lalu tangannya terulur untuk mengelus perut buncit Sarah.

"Hallo baby, Tante balik lagi kesini buat jengukin kamu sama Mama." Ujar Serina sambil mengelus-elus perut Sarah.

"Sehat-sehat ya di dalem sana biar nanti kita ketemu, Tante janji mau beliin apa aja buat kamu nanti ya." Sarah yang memperhatikan tersenyum kecil. 

kemudian Serina mengkerutkan dahinya. "Ragana kok tumben sih gak mau main sama Tante? Biasanya kalau dielus-elus kamu suka gerak heboh, kok sekarang enggak sih sayang kenapa? Tante telat ya datengnya?"

Sarah yang mendengar itu lantas mengigit bibir bawahnya lalu ikut mengelus perutnya perlahan. Setelah itu Sarah menangkup punggung tangan milik Serina membuat si pemilik mendongakkan kepalanya. "Serina..." Panggil Sarah lirih.

"Hmm?"

"Bisa geser dulu duduknya lebih deket?" Tanya Sarah dan kembarannya itu mengangguk lalu menggeser kursinya agar bisa lebih dekat.

"Kakak mau ngomong sama kamu sebentar, mau kan dengerin Kakak?" Tanyanya lagi.

Serina mengangguk. "Iya." Jawabnya pelan kemudian menunduk.

Serina malah semakin menunduk ketika merasakan tangan Sarah mengelus kepalanya dengan sayang. "Serina..."

"Apa?" Jawabnya masih pelan.

"Liat Kakak dong kalau ngomong." Serina mendongak dengan bibirnya yang melengkung ke bawah.

"Eh kenapa?" Kaget Sarah dan Serina hanya menggeleng tidak tahu.

Sarah menghela napasnya lalu menggenggam tangan Serina. "Serina... Kakak mau kamu bahagia dan kamu janji bakal nepatin itu." Serina yang tidak mengerti arah pembicaraannya hanya mengangguk asal.

"Kakak minta tolong juga sama kamu buat sama Ryan, temenin dia kalau lagi sedih."

"Serina gak ngerti Kakak ngomong apa."

Sarah tersenyum kecil kemudian melanjutkan lagi ucapannya. "Kakak mau kamu menikah sama Ryan, cuman dia satu-satunya orang yang Kakak percaya buat kamu."

"Kakak jangan ngawur!" Kesal Serina mendengar ucapan kembarannya itu. 

"Suatu hari nanti kalau Kakak udah gak ada kamu harus tetep bahagia ya. Setelah Kakak gak ada kamu harus ambil sebelah mata Kakak buat mata kanan kamu dan mata Kakak yang sebelah lagi buat mata sebelah kiri Ryan.

Serina yang sekarang mengerti segera menggelengkan kepalanya. "Gak mau... Serina gak mau ditinggal. Kakak gak boleh pergi, Kakak gak boleh ninggalin Serina sendirian. Kakak udah janji gak akan ninggalin aku sendirian semenjak Mama dan Papa pergi. "

"Kakak gak ninggalin kamu Serina, karena sebagian dari Kakak tetap tinggal dan ada sama kamu." Jawab Sarah.

Serina menggeleng keras sambil menangis sesegukan. "Serina gak mau..." Ujarnya lagi sambil mecoba melepaskan tangannya tapi Sarah mencoba menahan cengkramannya.

"Tolong menikah sama Ryan, ini permintaan Kakak terakhir kalinya. Kamu juga suka sama Ryan kan? Jadi kamu gak perlu takut lagi sama perasaan kamu."

Serina sedikit tersentak mendengar perkataan kembarannya tapi segera menggeleng dan kembali menangis membuat Sarah tersenyum melihat respon adiknya.

Sarah tahu.

Sarah itu begitu peka.

Sarah tidak bodoh dengan perasaan kembarannya yang menyukai Ryan, hanya saja selama ini ia hanya berpura-pura tidak tahu.

Sebelah Mata ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang