38

458 60 9
                                    

[AUTHOR POV]

Pagi hari yang cerah.

Langit yang biru cerah.

Pohon sakura yang masih mekar di mana-mana dan akan berakhir.

Akan menjadi awal masuknya musim panas.

"Ohayou hoam~"

"Pagi, adik ipar brengsek"

"Rio kau ininada dendam apa padaku?"

Samatoki yang bangun tidak melihat dirimu di mana pun.

Di penjuru seluruh apartemen.

"Kalau cari [y/n], dia pergi sejak jam 5 pagi tadi", jelas Rio yang melihat gelagat mencurigakan dari sudut matanya.

"Hah, pagi sekali! Ke mana?"

"Dia bilang rahasia, jangan susul, kalau kau nekat aku boleh menghajarmu katanya"

"Bangsat"

"Ngatain [y/n] kau aku jadikan sate kuda, adik ipar nggak tahu diri", Rio mengasah pisaunya.

"AKU NGATAIN KAU TARXAN TIANG! SINI GELUD!"

Yare yare.

Kota Yokohama yang biasa padat kini nampak agak sepi.

Bis yang biasa padat pun sedikit sepi.

Orang-orang mendekap di rumah.

Menjaga jarak satu sama lain.

Wajah pun sulit dikenal karena tertutup masker.

Kakimu melangkah jauh dari halte bis menuju salah satu rumah yang lumayan jauh dari sana.

Kau pun menekan bel pintu begitu sampai di rumah yang kau tuju.

"[Y/n]-chan! Tunggu dulu! Diam di situ!"

Dirimu disambut seorang shota riang.

Baru saja melangkah masuk dirimu disuruh diam.

Shota itu masuk ke dalam dan kembali lagi dengan penyemprot.

"Beam!", serunya dengan menyemprot dirimu pakai desinfektan.

Reflek kau pun menutup mata rapat dan manahan nafas juga memutar badan.

"Hehe, cuci tangan baru masuk ya!"

Semangatnya itu mengingatkannya pada gembel Shibuya dan host tapi takut perempuan Shinjuku.

Kau pun masuk setelah mencuci tangan dengan antis ke ruang tamu.

Sungguhan tea set dan berbagai macam kue menyambutmu.

"Wow, mewah sekali", celetukmu.

🔫🔫🔫

[SAMATOKI POV]

Ke mana dia sepagi itu?

Dia kan kerja dari rumah.

Tidak sepertiku yang harus keluar masuk Yokohama.

Hah, tapi sekarang tidak bisa.

Secara terpaksa aku meliburkan anak buahku, kerjaan dibawa pulang.

Virus sialan!

"Sampai sore begini belum pulang juga"

"Tunggu saja, nanti juga pulang. Dia bukan anak kecil juga"

"Kau bisa setenang ini, Riou"

"Duduk saja dengan tenang, adik ipar bangsat"

"Bisa-bisa kau mengataiku dengan ekspresi datar tanpa dosa"

MissingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang