Awan dan Hujan

997 82 18
                                    

Saat Raina sudah sampai di depan rumah nya. Ia hanya berdiri terdiam cukup lama, seperti takut untuk membuka pintu.

Tak lama pintu pun terbuka.

"Udah pulang kamu, cepet masuk" perintah ayah Raina bernada tinggi.

Raina menghembuskan nafas nya berat seakan siap dengan apa yang akan terjadi.

"Keterlaluan ya kamu"
"Yah, tapi pelangi duluan yang bikin gara-gara sama Raina"
"Gitu aja terus kamu dari dulu, jelas-jelas pelangi bilang kamu gangguin dia, terus kamu juga bikin muka nya jadi biru kaya gitu"
"Aku juga luka ko yah, ini ayah liat pelipis ku juga luka gara-gara di lempar buku sama pelangi"
"Ayah ga percaya, gak mungkin pelangi seperti itu, ayah tuh didik dia itu biar jadi wanita lembut, bukan kasar kaya kamu ini"
"Kenapa sih yah? Susah banget buat percaya sama Raina?"
"Udahlah jangan drama, kamu sekarang juga minta maaf sama pelangi, dia lagi kesakitan itu di kamarnya"
"Engga yah, ngapain aku minta maaf, gak sudi aku minta maaf sama dia"

Tak lama datang sosok perempuan yang tiba tiba menarik Raina ke luar rumah, diikuti oleh ayah nya di belakang.

"Buuu, sakit Bu" ucap Raina lirih.
"Ibu cape sama kamu ya Raina, kamu selalu sakitin pelangi terus dari kecil, sekarang ibu hukum kamu buat malam ini jangan tidur di rumah, biar kamu sadar, biar kamu bisa mikir pelangi itu sodara kamu"
"Jangan Bu, ayahh, aku mau tidur dimana nanti"

Ibu Raina terdiam dengan wajah yang sangat marah.

"Raina salah apa sih sama ibu sama ayah? Kenapa kalian benci banget sama Raina?"
"Anak gak tau diri, kita udah urus kamu ya dari kecil sampe kamu sekolah sekarang ini, bisa bisa nya kamu bilang kita benci sama kamu, jelas jelas kamu yang selalu bikin kita pusing, yang selalu bikin kita malu karena kelakuan kamu itu"
"Itu semua pelangi yang lakuin Bu, pelangi fitnah Raina"
"Pembohong" ucap ibu Raina dengan penuh penekanan.

"Aku kecewa sama kalian, kalian pikir aku gak punya hati? Gak punya perasaan? Ngeliat kalian selalu manis sama pelangi, selalu percaya sama pelangi. Sedangkan sama aku? kalian selalu marah marah, selalu nuduh ga mendasar, bilang aku anak pembawa sial lah, anak begajulan lah, anak bikin malu lah dan bla bla bla. Aku kok jadi mikir, kalian itu sebenernya punya hati apa engga?"

Prakk. Tamparan keras ayah Raina  mendarat tepat di pipi cabi Raina.

"Nice!" Ucap Raina pelan.
"Anak kurang ajar" bentak ayah Raina keras.

"Gini deh. Aku memudahkan kalian aja. Aku juga udah cape gini terus.
Aku bakal pergi dari rumah ini, pergi jauh dari kalian, kalian gak anggep aku anak juga gak apa apa kok"
"Pergi sana, pelangi memang lebih baik dari kamu"
"Sudah ku duga! orang tua macam apa kalian ini" ucap Raina dengan senyum tipis nya.

Ayah dan ibu Raina hanya terdiam dengan wajah yang masih terlihat marah.

"Mau ijin masuk ngambil baju sama barang barang boleh kan? Tenang, barang barang yang aku bawa nanti cuma yang aku beli pake uangku sendiri ko"

Orang tua Raina masih terdiam tanpa merespon Raina dengan baik.

Raina pun masuk ke kamar nya dan langsung mengambil tas besar lalu raina memasukan satu persatu barang yang ia miliki di kamar nya.

Setelah selesai memasukan barang barang nya. Raina membaringkan tubuh nya sebentar ke tempat tidur yang selama ini selalu menemaninya saat lelah. Lalu matanya pun melihat lihat suasana kamar.

"Kamar iniii. Cuma 18 tahun ternyata aku bertahan di kamar mungil ini" ucap nya lirih dan langsung pergi membawa tas besar nya keluar.

Terlihat kedua orang tua Raina yang sedang duduk di ruang tamu.

Mine! |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang