7. The Day has Come.
☁︎
"Makan Kei." Tangan Eric memegang sebuah sendok berisi nasi dengan lauk tumis daging cacah dan ingin menyendokkannya ke dalam mulut wanita itu.
Tetapi Keira bahkan tidak menatapnya. "Kei, ayo makan dong," ucapnya lagi berusaha untuk tetap sabar menghadapi istrinya.
Masih sama, wanita itu tidak mau menatapnya. Dia bahkan mendengus kasar. "Keira Welton? Ayo makan. Keburu makanannya dingin." Eric menempelkan ujung sendok tersebut pada bibir Keira. "Kei, ayo makan."
Wanita itu akhirnya mau membuka mulutnya, dan Eric langsung memasukkan sendok berisi makanan itu ke dalam mulut Keira. Senyum tipis terbit di wajahnya yang terlihat lelah. Dia baru saja pulang dari kantor dan belum sempat untuk membersihkan diri. Lantaran dia langsung menuju rumah sakit daripada ke rumah.
Dia menoleh ketika mendengar wanita itu mulai menghela napas panjang. "Mungkin bayi itu tidak berarti apa-apa bagi kamu." Wanita itu tiba-tiba membuka mulutnya. Suaranya terdengar sinis, dan dia memilih untuk tidak menatap Eric. "Tapi bagi aku, dia adalah semesta aku. Dia adalah harapan bagi aku untuk tetap bertahan."
Kalimat tersebut adalah kalinat terpanjang yang ia dengar dari mulut istrinya semenjak kecelakaannya satu bulan yang lalu. Dia menghentikan pergerakan tangannya yang hendak menyendokkan sesuap nasi itu lalu menatap istrinya, "Apa maksud kamu, aku adalah Ayahnya. Tentu saja aku juga ikut terpukul, Kei."
Keira memalingkan wajahnya kepada Eric, dan tatapan itu langsung muncul lagi. Tatapan sinis dan marahnya. "Oh ya?" tanyanya yang menyerupai desisan.
Lalu tak berapa lama kemudian, suasana berubah hening. Wanita itu sudah memikirkannya semalaman, dan dia mengembuskan napas panjang. "Aku ingin bercerai."
Sementara hening. Eric yang masih berusaha untuk mencernaㅡcenderung belum percayaㅡkalau permintaan itu keluar dari mulut Keira, mulai menyipitkan kedua matanya. "Aku akan meminta tolong Ryan untuk mengurusnya."
"Nggak!" Eric menolak permintaan wanita itu mentah-mentah. Dia bahkan mendentingkan sendok rumah sakit ke atas piring hingga terdengar suara nyaring. "Aku nggak mau."
"Bukannya ini yang kamu inginkan Ric?" tanya wanita itu lagi dengan kedua mata menuntut. Rasa marah meliputi wanita itu ketika Eric berlagak kalau selama ini dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Selama ini, semuanya ditanggung oleh Keira sendiri, pria itu tidak pernah ikut andil untuk memberikan kebahagiaan dalam kesedihannya.
"Kei, kamu tau sendiri aku tidak akan pernah menceraikan kamu."
"Kenapa? Karena masalah Mama dan Papa?" tanyanya lagi. "Masalah itu biar aku saja yang mengurus. Kamu tenang saja, aku masih akan menganggapnya sebagai orangtua aku."
Pria itu menggeleng lagi. "Nggak, Kei!"
Lantas tatapan Keira berubah menjadi datar. Dia menatap Eric dengan kosong. "Aku sudah tidak mau bersama kamu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day We Meet Again
Romance[Completed] Keira sangat mencintai Eric. Tapi pria itu tidak pernah menatapnya. Sampai suatu kejadian terjadi pada Keira, dan dia ingin meminta cerai kepada suaminya itu. Kalau pria itu tidak pernah mencintainya, lantas mengapa dia merasa takut saat...