CHAPTER 34

39.9K 1.8K 3
                                    

Pardon me if there are any typos on them!

Happy reading!

...

34. Its okay, im here.

...

"Riccc!" panggil Keira dengan suara keras, hingga membuat suaminya menoleh dan menatapnya penasaran.

"Kenapa?"

"Aku mau memasangkannya." Keira menunjuk dasi suaminya dengan senyum yang lebar hingga menunjukkan gigi-gigi putihnya yang berderet rapih.

Eric berjalan menghampiri Keira lalu dia duduk di tepi kasur, dan menarik kursi roda Keira untuk mendekat kepadanya. "Nih," ucapnya sambil memberikan dasi bewarna biru tua bergaris-garis itu.

Keira langsung menerimanya dengan senang hati. Dia sengaja bermain-main pada dada suaminya sehingga waktu memasangkan dasi yang seharusnya singkat itu menjadi sangat lama. Dan Eric mengetahui kalau istrinya sengaja untuk berlama-lama di sana. Dia menatap Keira lekat lalu menangkup wajahnya dan mengecup bibirnya lama.

"Aku tidak bisa bekerja kalau kamu memasangkannya sangat lama seperti itu." Dia berkata dengan suara baritonnya. Pria itu tidak bisa menahan senyumnya, ketika Keira mendongak dan memberikan wajah polos dengan kedua mata membulat.

Eric langsung mengecup bibirnya lagi dan langsung dibalas dengan lumatan yang menggebu-gebu oleh Keira. Wanita itu menggantungkan dasinya begitu saja dan malah mengalungkan kedua tangannya pada leher Eric. Keira semakin memperdalam ciuman mereka dengan menekan wajah pria itu untuk mendekat kepadanya. Sepertinya hormon kehamilan sudah membuatnya lebuh agresif sekarang.

Eric harus segera melepaskan ciuman itu sebelum semuanya akan bergerak lebih jauh dan ketika semuanya sudah bergerak lebih jauh, Eric tentu tau kalau dia pasti tidak akan bisa menghentikannya. "Aku harus bekerja, Keira," ucapnya pelan. Dia menatap wajah istrinya yang sudah memerah dan tidak ingin melepaskan tangannya dari lehernya itu.

"Baiklah..." Keira memasang wajah kecewa. Tapi akhirnya dia tersenyum, lalu segera memasangkan dasi Eric dengan benar. "Sudah rapih," ucapnya sambil tersenyum puas menatap dasi pria itu.

Dan Eric langsung merasa bersalah. Dia paling tidak suka melihat wajah sedih Keira. "Apa aku perlu membatalkan meeting pagi ini?" tanya Eric dengan wajah menimang-nimang sambil menatap istrinya lekat.

"Jangan. Kasihan client kamu nanti."

"Kamu? Kamu tidak kasihan kepada aku?" tanya Eric dengan kedua mata yang memicing. "Aku sudah menahan untuk tidak mencium kamu selama empat bulan, Kei. Kamu tidak tau betapa menderitanya aku. Apalagi aku harus tidur di sofa karena kamu tidak menyukai bau aku. Ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan hal yang sudah kita tunda, kan?" tanyanya sambil menatap Keira dengan serius.

Ditatap dengan tatapan seperti itu, Keira langsung berubah gugup. Dia memalingkan wajahnya, dan berusaha untuk mendorong kursi rodanya menjauh dari Eric.

"Eric!" Tapi pekikannya langsung keluar ketika pria itu tiba-tiba mengangkatnya dari kursi roda dan membaringkannya di atas kasur. Kedua mata dengan kabut gairah itu langsung menatapnya dengan intens. Tanpa menunggu waktu lagi, Eric langsung mencium Keira dengan dalam, penuh tuntutan, dan ganas.

Tanpa disadar, Keira mengerang ketika dia merasakan ketika pria meremas buah dadanya. Keira tersenyum tipis, lau mulai mengalungkan kedua tangannya lagi dan membalas ciuman suaminya dengan tidak kalah dalam.

Lalu tiba-tiba pria itu melepaskan ciumannya, dan menjatuhkan tubuhnya di samping Keira. "Aku tidak mau menyakiti anak kita, Kei," ucapnya dengan lembut. Tangannya sudah mengusap pipi merah Keira yang kini terlihat sangat berisi. "Lebih baik kita tidur saja sekarang."

The Day We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang