EPILOG

86K 2.7K 570
                                    

EPILOG:
THE DAY WE MEET AGAIN...

...

"Kenapa? Thea menangis lagi?" Eric bangun dari tidurnya. Dia mengusap wajahnya pelan, lalu menatap istrinya yang sedang menggendong seorang bayi yang sedang menangis keras.

Tidak mendapati jawaban dari Keira, dahi Eric mengerut. "Kei? Kenapa? Thea menangis lagi?" Lalu dia berdiri di hadapan mereka keduanya dan kini wajah bantalnya seratus persen menghilang.

Althea sudah berusia dua puluh dua minggu dan, selama beberapa bulan kebelankang dia sudah berhasil membuat jadwal tidur orangtuanya menjadi sangat kacau.

"Biar aku yang menggendongnya," ucap Eric sambil mengambil Althea yang tidak berhenti menangis dan mulai menimangnya dengan kedua mata yang masih terkatup-katup.

"Ric, aku tidak bisa menjaga anak kita dengan benar," ucap Keira dengan perasaan merasa bersalah. Dia menatap kedua kakinya yang cacat. "Aku cacat."

Eric tersenyum tipis walau dia masih mengantuk berat. "Its okay, Keira. Ada aku," ucapnya pelan. Dia selalu memberikan kata-kata positif dan semangat kepada istrinya setiap kali dia merasa sedih. "Dia sudah berhenti menangis," ucap Eric sambil menatap Althea yang kini terdiam sambil memejamkan kedua matanya.

Lalu Eric meletakkan Althea ke dalam box bayi secara perlahan. Kini kedua matanya berganti menatap Keira dengan lekat. Dia menyeringai, lalu mulai mengangkat tubuh Keira dan membawanya ke dalam kamar yang berada di sebelah kamar Althea melalui pintu terhubung.

"Ric? Kamu mau ngapain lagi?"

"Aku? Mau menidurkan kamu."

"Maksud kamu?" Keira mulai menatap Eric dengan was-was. "Aku sudah dewasa. Aku bisa tidur sendiri."

Eric cemberut. Dia mengerucutkan bibirnya lalu menunjuk bagian bawah celananya. "Dia yang tidak mau tidur," ucapnya dengan nada menggoda. Wajah Keira langsung memerah. Dia langsung memukul lengan Eric yang bertumpu di sisi wajahnya.

"Kamu kalau ngomong jangan frontal seperti itu. Gak baik!"

"Apanya yang gak baik?" Dia menaikkan kedua alisnya. "Kita kan suami istri? Sah-sah saja dong kalau aku mau menghabisi kamu," tambahnya. "Apalagi kamu tampak lebih menggoda sehabis melahirkan."

"Masa?" Keira tidak bisa menyembunyikan senyumnya. "Aku jadi gendut begini."

"Ini bukan gendut. Ini seksi."

"Eric!!!"

Eric mulai mendekatkan wajahnya dan melumat bibir istrinya dengan dalam. Dia membalikkan posisi sehingga kini dia yang berada di bawah, dan Keira berada di atas. Pria itu hanya tidak mau Keira menjadi sesak napas karena harus merasakan beban tubuhnya yang berat.

"Kamu semakin cantik," ucapnya sambil menelusuri wajah Keira. Dia mengecup dahi wanita itu lama hingga keduanya tersenyum.

"Mau membuat anak kedua?" tawar Eric dengan seringai menyebalkannya yang mampu membuat Keira panas dingin.

"Kamu gila ya? Althea masih enam bulan, Ric!"

"Ya sudah kalau gak mau," ucap Eric dengan pelan. Lalu dia mengecup leher Keira lama, dan menggigitnya pelan. "Tapi tiap hari kamu harus memberikan aku jatah juga dong. Masa cuma Althea saja yang sama kamu. Aku juga mau. Jangan membuat aku bersaing dengan anak aku sendiri, Keira."

The Day We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang