CHAPTER 9

49.2K 2.9K 14
                                    

9

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

9. Everything Will Come to Itself Slowly

☁︎

Sembilan tahun yang lalu.

Cinta adalah sebuah perasaan yang paling indah yang akan pernah dirasakan oleh manusia.

Manusia mungkin bisa hidup tanpa kekayaan, kekuasaan, dan harta. Mereka masih bisa mengusahakan, mencari, dan berakhir mendapatkannya. Tapi apa gunanya manusia tanpa cinta di dalam hatinya?

Kosong.

Jiwa itu akan kosong dan tidak berguna.

Keira menutup buku tersebut ketika mendengar seseorang memanggilnya dengan wajah berseri-seri. Dia mengerutkan dahi lalu menunggu-nunggu apa yang akan dikatakan oleh temannya itu sehingga berhasil membuat wajahnya berkali-kali lipat lebih cerah dari biasanya.

"Keiii! Gue ditembak sama Eric kemarinnn!" Jantungnya seketika berhenti berdetak. Seluruh indera tubuhnya juga berhenti bekerja. Keira termagu lalu tak beberapa lama kemudian menatap Gladys dengan senyum kikuk yang sangat ia paksakan. Untuk sementara dia terdiam, tidak membalas temannya dan hanya menatapnya.

"Oh ... ya?"

Gladys menganggukkan kepalanya dengan mantap. "Makasih bangettt, Keii! Lo udah bantuin gue bisa deket sama Eric!" serunya seolah-olah menjadi gadis yang paling bahagia di dunia ini sembari memeluk Keira dengan erat. "Tanpa lo, gue gak akan pernah bisa kenal sama Eric."

Hati Keira memanas seketika, dia hanya menganggukkan kepalanya kaku. "I ... Iya sama-sama, Dis." Suaranya tercekat. Lalu dia menarik napas panjang dan berusaha untuk tersenyum manis kepada temannya. "Selamat ya, Dis. Gue doain lo bisa langgeng sama Eric sampai tua nanti," ucapnya dengan senyum pahit yang ia sembunyikan di hatinya.

"Makasihhh, Keiraaa!"

Ketika Gladys tidak bisa menatapnya, gadis itu tersenyum pahit. Dia memegang dadanya yang terasa sakit. Rasanya ada yang menghimpit hatinya.

Hari itu, Keira mendapatkan penolakan pertama secara tidak langsung dari lelaki yang ia sukai.

Dan hatinya mulai siap ketika dia harus menerima penolakan kedua, ketiga, dan selanjutnya nanti.

☁︎

Masa sekarang.

Kedua mata wanita itu menatap sesuatu yang asing pada pagi hari ini. Seorang wanita paruh baya sedang berada di dapurnya sambil berceloteh riang bersama bi Ina.

"Pagi, Keira sayang. Kamu sudah bangun ya," ucap Maria sambil menghampiri menantu kesayangannya ini dengan senyum yang lebar.

"Loh, Mama kok tumben ke sini?" Alih-alih mendapatkan jawaban dari menantunya, dia malah mendapati kemunculan putranya yang sudah siap dalam setelan kantor di belakang wanita itu.

The Day We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang