CHAPTER 35

43.5K 2K 36
                                    

Pardon me if there are any typos on them!

Happy reading!

...

35. Please dont go

...

Keira menatap suaminya yang sudah sangat tampan dalam balutan jasnya itu dengan wajah sedih. "Aku hanya akan mengambil salah satu berkas di kantor, Kei. Sebentar saja. Hanya setengah jam."

Keira menghembuskan napas. Bibirnya sudah mengerucut. Melihat itu, Eric langsung mengecup bibirnya lagi. "Jangan cemberut. Kamu terlihat sangat seksi kalau seperti itu."

Keira langsung senewen. "Mana ada wanita yang seksi ketika sedang marah?"

"Kamu." Eric menatap Keira lekat.

"Kamu sudah berjanji tidak akan pergi meninggalkan aku."

Eric meringis ketika istrinya benar-benar terlihat sangat menunjukkan rasa keposesifan kepadanya. Perubahan yang sangat signifikan. Entah kenapa, beberapa hari ini wanita itu sangat menempel kepadanya. Dia tidak mau melepaskan Eric kemana-mana. "Satu kali ini saja. Aku janji aku akan cepat, Kei."

"Apa Ivan tidak bisa melakukannya untuk kamu?" tanya Keira lagi. Berharap kalau pria itu bisa menemaninya saja daripada pergi meninggalkannya.

"Dia tidak masuk hari ini, Kei. Anaknya sedang sakit," ucapnya menjelaskan. "Its okay. Ada bik Ina kan di rumah? Kamu bisa menempel kepada bik Ina selama aku tidak ada."

Bibir Keira semakin maju. "Ya sudah. Kamu pergi saja." Dia mulai menggerakkan kursi rodanya menjauh dari Eric.

Melihat itu, Eric langsung menahan kursi rodanya agar tidak bisa bergerak lebih jauh. "Kamu marah?" tanyanya sambil menatap Keira dalam. "Jangan marah," suruhnya lagi.

"Bukan aku yang marah. Anak kamu yang marah!" jawab Keira ketus. Dia sudah menatap Eric dengan malas.

"Kamu belajar ekspresi ini dari mana, Kei?" Eric menatapnya geli. Tidak pernah wanita itu menatapnya dengan tatapan semenggemaskan ini. Dia mengecup bibir Keira lagi dan hal itu membuat Keira mendengus.

"Jangan marah sama Papa ya." Eric mengusap perut Keira sambil menatap perut itu lembut.

"Anak kamu makin marah sama kamu."

"Kok kamu bisa tau?" Dia memalingkan wajahnya kepada Keira dan menatapnya geli.

"Ya tau lah! Aku kan Mamanya!"

"Mama kamu galak banget kalau lagi hamil, Sayang," bisik Eric dengan pelan.

Untung saja Keira tidak mendengarnya. "Kamu bilang apa tadi?"

"Nggak." Eric berkilah. "Aku bilang Mama kamu cantik banget."

"Gak usah gombal!"

"Aku gak gombal. Aku pergi dulu gak apa, ya?" Eric berdiri, tapi Keira menarik ujung jas hitamnya.

"Jangan lama-lama ya, Ric?" Tatapan Keira berubah menjadi takut. "Aku tunggu kamu di sini."

"Iya," jawab Eric sabar. "Aku pergi dulu. Hati-hati di rumah, Keira."

"Ric?" Keira memanggil lagi. Untung saja Eric sabar. "Jangan lama-lama."

"Iya, Keira Allegra Rhodes. Tunggu aku ya."

...

Keira berada di ruang tamu untuk menunggu kedatangan Eric. Sudah lima belas menit berjalan, dan semuanya berjalan dengan baik-baik saja. Dia membuka ponselnya, dan sejenak raut khawatir pada wajahnya hilang ketika mendapati chat dari sahabatnya, Ryan.

The Day We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang