CHAPTER 31

39.5K 2.1K 14
                                    

Pardon me if there are any typos on them!

Happy reading!!

...

31. Fighting, Eric!

...

Setelah menghabiskan waktu selama hampir lima belas menit, akhirnya Eric keluar dari kamar mandi dengan kaos polo bewarna hitam dan celana jins pendeknya yang bewarna biru. Air masih menetes dari rambutnya, tetapi pria itu sudah tidak sabar untuk segera menatap wajah istrinya.

Dia terkejut ketika mendapati kehadiran seluruh keluarganya di sana. Termasuk Ethan. Lalu dia mengusap rambutnya dengan handuk, dan mengusir Amanda yang duduk di kursi sebelah kasur Keira. "Minggir lo. Gue mau duduk."

Amanda memandangnya sewot. "Gue juga lagi hamil kali! Lo gak boleh mama shaming gitu!"

Dan Eric tidak menghiraukan gerutuan kakaknya. "Apaan lagi mama shaming. Ini istri gue. Lo kan bukan istri gue. Buat apa juga gue khawatir sama lo."

"Jadi adik gak tau diri banget. Anak gue gak suka sama lo juga rasain lo, Ric!"

Eric menatap Keira yang sedang tersenyum. Tanpa sadar senyum langsung muncul di wajahnya juga. Lalu tiba-tiba kedua matanya memicing dengan dahi yang berkerut ketika Keira memejamkan kedua matanya dan hendak muntah. "Kamu kenapa?"

"Bau!" Keira menatap Eric, lalu dia menutupi hidungnya. Semua anggota keluarganya langsung menatap Keira khawatir. "Kamu mandinya gak bersih ya?"

Eric membau tubuhnya lagi. Sudah harum kok. "Aku sudah mandi." Dia tidak mengerti kenapa istrinya tetap menutupi hidung dengan kedua telapak tangannya terus itu.

Akhirnya seluruh anggotanya muli membau tubuh Eric satu persatu, untuk memastikan benar tidaknya yang diucapkan oleh Keira. Eric itu mulai bergerak tidak nyaman, apalagi ketika Ethan mulai membau ketiaknya. "Kok kalian juga ikut ngendus-ngendus gue sih?"

"Eric sudah harum kok, Kei. Kamu kenapa?"

Keira menggelengkan kepalanya lagi. "Eric bau!" Dia berseru. Lalu hendak muntah lagi. Untungnya ada baskom di samping kasurnya. Jadi dia langsung mengambilnya dan memuntahkan isi perut ke dalam bakom merah mudah itu.. "Aku gak suka sama baunya Eric."

Amanda dan Maria menatap Eric dengan lekat. Lalu tak lama kemudian, mereka tetawa terbahak-bahak sambil menunjuk-nunjuk Eric. Spontan, Eric langsung mengkerutkan dahinya tidak mengerti. Dia kembali mendekati Keira, tapi Keira langsung menutup hidungnya dengan telapak tangan. Tangannya yang satunya ia gunakan untuk menahan pria itu agar tidak mendekat kepadanya.

"Aku tidak suka bau kamu."

Lagi-lagi, kedua mata pria itu memicing. "Aku kan suami kamu?"

"HAHAHAHAHA," Amanda tertawa terbahak-bahak. "Anak lo gak suka sama bapaknya sendiri! Rasain loooo!" Saking puasnya menertawai Eric, tangannya mengusap air mata yang muncul di sudut matanya.

"Kok gitu?" Eric mulai senewen. Dia akhirnya memilih untuk duduk di sofa yang berhadapan dengan kasur wanita itu karena tidak bisa berdekatan dengan Keira. "Gue kan bapaknya. Gue yang ngehamilin dia."

"Rasain lo!" Amanda menunjuk-nunjuk Eric dengan wajah penuh kemenangan. Dia merasa senang sekali atas kesedihan adiknya. "Mampus deh. Mamam lo gak bisa tidur satu ranjang sama Keira selama sembilan bulan." Amanda tertawa lagi. Lalu dia semakin memanas-manasi adiknya. "Dih lebih mending sih dipunggungin sama istri, daripada gak bisa tidur bersama."

The Day We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang