CHAPTER 27

40.8K 2.2K 58
                                    

Pardon me if there are any typos on them!

Happy reading!

...

27. Please, Do Not Do it Again.

...

Saat Eric bertanya kepada Keira kenapa dia memberikan Eric kepada Gladys kalau saat itu dia juga menyukainya, Keira benar-benar tidak mengetahui jawabannya.

Dan kejadian itu terjadi lagi pada siang di hari sabtu ini.

Wanita itu menundukkan wajahnya dalam-dalam, tidak berani menatap kedua mata Eric yang sedang menatapnya dengan tatapan seperti jelaskan-semuanya-kepada-aku-nanti!

Lalu Keira juga benar-benar tidak menduga kalau Ryan tiba-tiba hadir di sana. "Gue gak tau kalau lo juga akan datang, Ry," ucapnya dengan senyum kecil.

Keira menghela napas panjang. Lalu akhirnua dia menoleh kepada Eric dan tersenyum hangat. "Kenalin, Ric. Ini Gigi. Gi, ini Eric."

"Gue Giselle. Panggil aja Gigi!" Gigi langsung mengulurkan tangannya dengan senyum lebar di wajahnya, tidak menyadari atmosfer tegang yang ada di antara mereka. Eric, masih belum melepaskan tatapan datarnya dari istrinya yang sedang memalingkan wajah.

Lantas, pria itu menganggukkan kepala seakan-akan dia mengerti. Dia tidak membalas uluran tangan Gigi, dan mengeraskan wajahnya sambil berkata, "Eric. Suaminya Keira," suaranya tajam dan dingin. Dia belum melepaskan tatapannya dari Keira.

Perlahan, Keira mendongakkan wajahnya, tapi dia masih tidak mau menatap Eric. Lantas, rasa bersalah langsung menyergap ketika mendapati Gigi yang sedang menatapnya dengan tatapan terkejut. "Jadi dia suami lo, Kei?" Keira tidak menduga kalau nada suara Gigi terlihat senang. "Kenapa lo gak bilang sama gue?" Kali ini Giselle menatap Keira dengan wajah bingungnya. "Gue gak mau loh Kei jadi pelakor."

Eric menggemeretakkan gigi. Lalu dia menopangkan tangan di atas meja sambil menatap Keira tajam. "Aku masih tidak mengerti kenapa kamu sendiri yang mau menghadirkan kehadiran pelakor di sini." Tangannya kini memegang dagu Keira dan memaksa wanita itu untuk menatapnya. "Jawab aku. Kenapa kamu melakukan ini?" Keira ketakutan, pria itu terlihat marah dengan suara penuh penekanannya.

Acara makan siang yang harusnya terkesan hangat karena mak-comblang dari Keira, langsung hancur total karena semuanya tidak berjalan sesuai dengan apa yang Keira harapkan. Akhirnya dia berani menatap Eric dengan senyum kecut. "Ric, aku sudah menjadi wanita cacat," ucapnya dengan datar, ada nada miris di ucapannya.

Eric semakin menajamkan tatapannya. "Lalu, apa ada masalah dengan itu?"

"Aku hanya tidak mau anak-anak kamu memiliki ibu yang cacat."

Eric mengeraskan wajahnya. "Siapa yang bilang?" tanyanya dengan datar. "Siapa yang bilang seperti itu kepada kamu?"

Keira menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak ada yang mengatakannya. Aku hanya mau kamu bahagia saat aku nanti sudah tidak ada. Supaya kamu bisa melupakan semuanya dengan cepat, Ric ketika aku sudah tidak ada."

Wajah pria itu semakin mengeras. Dia menatap Gigi dan Ryan yang juga sedang duduk dengan ekspresi canggung itu dengan datar. Eric sedikit berdeham, "Sori. Gue sama istri gue harus pulang dulu. Nanti gue suruh Ivan yang membayar billnya."

Tidak menunggu jawaban dari kedua manusia itu, Eric langsung bangkit dari kursinya dan membawa Keira pulang bersamanya.

Di perjalanan, tidak ada yang memilih untuk berbicara. Keira tau kalau pria di sampingnya sedang marah. Jari-jarinya saling bertautan di atas pahanya dengan raut gelisah. Dia sesekali melirik Eric yang masih mengeraskan wajah. "Ric. Maafkan aku-"

The Day We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang