Pardon me if there are any typos on them!
Happy reading!
...
30. I miss you
...
"Gue gak mengerti," Amanda mulai memijit dahinya. "Kenapa suami lo selalu ada di perjalanan bisnis ketika lo sedang hamil?" Dia menatap Keira yang ada di sampingnya dengan tatapan berpikir.
Sudah lama sekali mereka tidak berbaring di atas kasur yang sama sambil menatap satu sama lain. Dulu, Keira selalu menjadi pendengar terbaik bagi Amanda. Segala keluh kesah akan Amanda ceritakan kepada Keira. Tapi, karena keduanya sudah mulai sibuk dengan urusan masing-masing, perlahan kebiasaan mereka mulai ditinggalkan.
"Gue juga tidak tau, Kak." Keira juga ikut menggelengkan kepala. Dia menatap perut Amanda, lalu tersenyum tipis. "Gimana rasanya kehamilan kedua lo ini, Kak?" tanyanya dengan raut penuh penasaran.
"Lebih gak enak waktu gue hamil Ethan. Gue lebih sering pusing dan mual. Mungkin anak gue cewek ya?"
Keira tersenyum. "Mungkin, Kak."
"Lo gak kasih tau Eric?"
"Nanti saja waktu dia sudah pulang dari Singapura. Kamis dia pulang."
"Lo lebih baik tidur di sini aja, deh. Gue gak minta sih, tapi takutnya terjadi sesuatu begitu sama lo. Dan juga kalau saja lo butuh sesuatu gitu, di sini kan ada Papa sama Mama." Amanda memberikan saran kepada Keira. "Eric kalau tau keadaan lo sekarang, dia juga pasti maunya lo tinggal di sini dulu sampai dia pulang."
Tetapi, Keira menggelengkan kepala, menolak Amanda.. "Gak usah, Kak. Gue di rumah gue aja. Kan ada bik Ina."
"Bik Ina kan sudah tua, Keira..."
"Gak apa, Kak. Gue memang sudah cacat, tapi gue bisa kok melindungi anak gue sendiri."
Raut Amanda langsung berubah. "Bukan, Kei. Bukan begitu maksud gue," jawabnya dengan wajah merasa bersalah. "Ya sudah kalau lo gak mau. Oh ya, lusa gue mau kontrol ke dokter. Lo mau ikut sama gue?"
"Mau."
"Oke. Gue sama Mama nanti akan jemput lo."
"Oke, Kak." Keira tersenyum. "Bagaimana rasanya melahirkan?"
"Rasanya sakit. Awalnya gue takut sekali waktu mau melahirkan, eh tapi waktu gue mendengar suara tangisan Ethan, saat itu seperti semua rasa sakit di tubuh gue hilang dengan sekejap. Menjadi Ibu adalah anugrah Tuhan, Kei."
...
Kedua mata Keira yang sedari tadi terpejam, terbuka saat dia merasakan nyeri pada perutnya. Dia menatap jam dinding, lalu mendesah. Dia memegangi perutnya, lalu berusaha untuk memejamkan kedua matanya lagi. Jam masih menunjukkan pukul lima pagi.
Lantas, dengan perlahan wanita itu mulai menggapai kursi rodanya dan duduk di atasnya. Setelah berhasil Keira menjalankannya ke kamar mandi lalu mulai berusaha untuk mengeluarkan semuanya, berusaha mengurangi rasa nyeri pada perutnya.
Kejadian itu terus berulang, hingga dia tidak sadar kalau dia sudah menghabiskan waktu selama hampir satu jam. Wanita itu meringis, ketika rasa nyeri pada perutnya semakin terasa tidak wajar.
Dia baru sadar, kalau selama beberapa hari ini dia belum buang air besar. Maka dia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamarnya dan meminum air putih yang banyak.
Tetapi, walau dia sudah minum air putih, rasa nyeri itu tidak kunjung hilang dari perutnya. Keira mulai bernapas dengan susah payah. Akhirnya wanita itu kembali membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan mencoba untuk kembali ke alam mimpi walau sangat susah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day We Meet Again
Romance[Completed] Keira sangat mencintai Eric. Tapi pria itu tidak pernah menatapnya. Sampai suatu kejadian terjadi pada Keira, dan dia ingin meminta cerai kepada suaminya itu. Kalau pria itu tidak pernah mencintainya, lantas mengapa dia merasa takut saat...