"Suami lo sudah berubah?"
Keira tersenyum lebar. Suaminya memang tiba-tiba berubah hangat kepadanya semenjak mereka pulang berlibur dari Bali. Wajahnya memanas lagi ketika mengingat Eric yang menciumnya tadi sebelum dia berangkat bersama Ryan. "Iya," jawabnya dengan senyum malu-malu.
"Senang banget ya lo?" Ryan juga ikut tersenyum, walaupun hatinya terasa sakit. Dia mengacak rambut Keira hingga membuat tatanan rambut wanita itu menjadi kacau balau.
Keira kembali berpikir lagi. Tapi bagaimana kalau pria itu hanya sejenak saja berubah menjadi manis kepadanya?
"Kenapa lo sedih lagi?"
"Gue cuma takut aja, kalau dia nanti tiba-tiba berubah jadi dingin lagi ke gue."
Ryan menoleh kepada Keira. Dia mendengus. "Please. Lo jadi manusia jangan gak peka gitu."
"Hah?"
Ryan menatap Keira sejenak. Lalu dia menggelengkan kepala sambil memutar kedua bola mata. "Lupain, Kei." Mobil Ryan sampai di parkiran rumah sakit tempat dia bekerja. Lantas pria itu langsung turun lalu membantu Keira untuk duduk di kursi rodanya.
Ketika mereka masuk ke dalam rumah sakit, kedua mata Keira menatap seorang wanita yang sedang tersenyum manis kepada Ryan. Bahkan dia melambaikan tangannya kepada pria itu.. "Itu siapa, Ry?"
"Pasien gue. Kenapa?"
"Cantik, Ry. Deketin Ry deketin!" Keira langsung berubah semangat. Dia menoleh kepada Ryan yang hanya menatapnya datar.
"Gak."
"Ih jangan galak gitu dong ke perempuan lain. Siapa namanya?"
"Gak tau." Ryan mengendikkan bahunya tak acuh. "Udah ah, gak usah bahas dia lagi."
"Ih masa pasien sendiri lo gak tau namanya," cibir Keira sambil masih menatap wanita yang tersenyum manis itu.
"Gue ke toilet dulu, ya Kei. Jangan kemana-mana. Awas lo!"
"Iya iya. Dasar lo bawel."
Ketika Ryan meninggalkan Keira sendirian di depan pintu salah satu ruangan dokter, wanita yang dari tadi sedang dibicarakan itu tiba-tiba menghampirinya. "Hai," sapanya kepada Keira yang kala itu sedang bermain ponsel.
Keira mendongak, lalu dia tersenyum ketika mendapati kehadiran pasien baru Ryan yang cantik ini. "Lo pacarnya dokter Ryan ya?"
"Enggak." Keira menggeleng. Lalu dia menunjukkan tangannya yang tersenat cincin kawinnya bersama Eric. Tanpa sadar, wajahnya bersemu merah. "Gue sudah menikah. Ryan itu cuma sahabat gue aja. Nama lo siapa?"
"Gue Giselle. Panggil gue Gigi aja. Lo?"
"Gue Keira."
"Lo mau apa di sini?"
Keira tersenyum. "Gue cuma kontrol."
"Oh... pasti menurut dokter Ryan lo berhaga banget. Dia aja sampai menyiakan waktu untuk menunggu lo tiap kali lo kontrol di sini."
Keira tertawa kecil lalu dia mengibaskan tangannya di depan Gigi. "Ah, gak juga. Kita sudah kenal dari SMA. Jadi ya sudah biasa."
"Gitu ya?"
Keira terlihat berpikir sebentar. Wajahnya menatap Gigi lama, lau tersenyum tipis. "Gue boleh minta nomer telepon lo?" tanya Keira sambil menyodorkan ponselnya.
"Boleh."
"Keira?" Keduanya menoleh ketika mendapati Ryan yang sudah berdiri di belakang kursi roda wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day We Meet Again
Romance[Completed] Keira sangat mencintai Eric. Tapi pria itu tidak pernah menatapnya. Sampai suatu kejadian terjadi pada Keira, dan dia ingin meminta cerai kepada suaminya itu. Kalau pria itu tidak pernah mencintainya, lantas mengapa dia merasa takut saat...