39. Kebahagiaan x Kesedihan

394 20 0
                                    

Dua bulan sudah berlalu. Masalah diantara Rafa dan Sifa sudah terselesaikan. Sifa membatalkan gugatan cerainya dan kembali tinggal bersama Rafa. Sebenarnya Sifa masih mencintai Rafa, tapi karena kesalahpahaman membuat cinta Sifa ke Rafa sempat tergoyahkan. Aku ikut senang mereka bisa kembali bersama.

Selain itu. Besok adalah hari ulang tahunku. Aku sudah menantikan hari ulang tahunku, cukup lama. Karena ulang tahunku kali ini sangat istimewa. Ulang tahun setelah aku menikah. Aku berharap pak Ramdan memberikan sesuatu yang membuatku bahagia. Tidak perlu hal yang mewah, hal yang sederhana saja sudah membuatku bahagia. Aku menantikan pak Ramdan mengucapkan selamat padaku dan memberikan doa-doa terbaiknya untukku.

Apakah dia tahu kalau besok adalah hari ulang tahunku?

Aku tahu kapan pak Ramdan berulang tahun. Pak Ramdan berulang tahun dibulan September. Sedangkan aku dibulan April. Aku berharap pak Ramdan mengetahui hari ulang tahunku.

Selanjutnya, aku ingin memberitahu. Sejak kemarin aku merasa pusing, badanku terasa mudah lelah, dan aku sering sekali merasa mual. Hanya mual-mual saja, tapi tidak mengeluarkan apapun. Hari ini aku berinisiatif untuk pergi ke dokter kandungan. Aku memiliki firasat kalau aku sedang hamil.

Jika benar aku hamil. Aku tidak akan memberitahu pak Ramdan. Aku akan merahasiakan darinya. Aku memberitahunya besok, ketika aku berulang tahun.

"Rahma, cepat sarapan. Nanti kamu terlambat," ujar bu Arum dari luar kamar. Ya, aku masih berada di dalam kamarku, sedang bersiap-siap untuk berangkat kuliah.

Tidak lama kemudian, aku keluar dari dalam kamar. Diwaktu bersamaan, pak Ramdan keluar dari dalam kamar bu Arum. Entah kenapa, melihat pak Ramdan yang sudah rapi dan keluar dari dalam kamar bu Arum membuat hatiku terasa sakit. Padahal sudah dua bulan aku dan bu Arum tinggal satu atap dan satu suami. Tapi, rasanya masih terasa menyakitkan. Ada rasa cemburu ketika melihat keduanya bersama.

Aku duduk dibangku meja makan. Pak Ramdan duduk dibangku yang bersebrangan denganku. Sedangkan bu Arum duduk di dekat pak Ramdan. Bu Arum melayani pak Ramdan dengan baik. Setiap bu Arum memperlakukan pak Ramdan sebagai suaminya dan berprilaku sebagai istri yang baik bagi pak Ramdan, aku hanya bisa menyaksikannya tanpa berkata apa-apa.

Saat sedang makan.  Mualku datang kembali. Padahal aku baru ingin menyuapkan nasi ke dalam mulutku. Pak Ramdan bingung memerhatikanku yang sedari kemarin terus merasa mual.

"Enggak mau kerumah sakit aja, Rahma?" tanyanya. Aku menggeleng. Baru saja aku ingin bangkit ke kamar mandi. Bu Arum sudah mendahuluiku. Dia juga merasa mual. Bahkan rasa mualnya mengalahkanku. Buktinya pak Ramdan terlihat sangat khawatir dengan keadaan bu Arum ketika mual dibandingkan aku.

Pak Ramdan menghampiri bu Arum ke kamar mandi yang pintunya terbuka setengah. Lagi-lagi, aku hanya bisa menyaksikannya tanpa berkata apa-apa. Tidak lama kemudian, bu Arum kembali ke meja makan sambil dituntun pak Ramdan.

"Rahma, sepertinya saya tidak bisa mengantar kamu ke kampus. Saya harus membawa Arum kerumah sakit, dia terlihay sangat pucat sekali. Kamu berangkatnya naik ojek online saja, ya? Tidak apa-apa, kan?" kata pak Ramdan. Aku mengangguk sambil berusaha menahan tangisku. Sudah cukup aku menangisnya.

"Rahma, maaf ya?" ucap bu Arum. Aku mengangguk. Keduanya pun bersiap-siap untuk pergi kerumah sakit. Setelah bersiap-siap, keduanya berangkat kerumah sakit sebelum aku berangkat ke kampus.

***

Sepulang kuliah, aku pergi kerumah sakit untuk menemui dokter kandungan. Setelah diperiksa dan melakukan beberapa tes. Dokter Bila menyatakan, kalau aku positif hamil. Usia kandunganku sudah memasuki tiga minggu dan janinku dalam keadaan sehat, baik-baik saja. Mulai hari ini dokter Bila akan menjadi dokter kandunganku.

Bersanding DenganmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang