Desa Bangir adalah kampung terakhir sebelum sampai ke pusat kotaraja Lokajaya. Lingga, Sanjaya, Abhinaya juga Asta menginap disebuah penginapan barang semalam untuk beristirahat. Mereka tiba di desa itu ketika malam baru berjalan seperempat. Mereka menyewa dua kamar. Masing-masing kamar berisi dua ranjang kecil.
"Jangan lupa untuk mengantari kami makanan ke kamar, kami belum makan malam" ucap Asta.
"Apakah raden ingin membersihkan diri? Kalau iya di belakang ada kolam kecil juga sebuah sumur" ucap si pemilik penginapan.
"Terima kasih, kami sudah mandi di sebuah kali tadi sore, kami akan cuci wajah saja" kembali Asta sebagai juru bicara bernego dengan si pemilik penginapan sekaligus warung itu. Beberapa orang yang sedang makan memperhatikan mereka.
Mungkin orang-orang kebanyakan disana menduga-duga siapa keempat orang itu, namun dari pakaian mereka jelas sekali tahu bahwa keempat tamu itu adalah pendekar.
Tampak seorang pemuda berparas cakap dan berpakaian bagus bangkit dari duduknya sambil tangan kiri membawa kendi kecil berisi tuak. Dia berjalan mendekati keempat pemuda yang sedang berbincang dengan pemilik penginapan. Jalan pemuda bagus itu sempoyong pertanda sedang mabuk berat.
Dan tahu-tahu tangan kanan pemuda itu telah menelusup dan mengusap perut Abhinaya yang memang terbuka. Lingga terkesiap, ada rasa marah dan gusar, ingin sekali dia menampar pemuda itu. Namun Abhinaya mengedipkan matanya memberi tanda agar tenang. Meski amarah nya memuncak Lingga tak jadi bergerak.
"Berani sekali dia menyentuh perut calon kekasihku" ucap Lingga dalam hati, eh kekasih? Sejak kapan aku cinta padanya. Tapi aku benar-benar marah dan cemburu.
"Amboi, mulus sekali perut ini, pemuda bagus maukah kau menemaniku tidur malam ini, aku rela bayar mahal" ucap pemuda cakap berpakaian bagus. Pak Tua pemilik penginapan terlihat gelusah. Jika saja pendekar yang diusap perutnya ini marah maka akan terjadi perkelahian. Bahkan sangat mengancam warungnya karena si pemuda mabuk tak lain bernama Cakranata adalah putra dari kuwu desa dan orang terpandang dikampung ini. Maka cepat-cepat Pak Tua berkata
"Raden Cakra, harap dimaklumi, tamu ini orang asing dan sangat kelelahan karena menempuh perjalanan jauh, kalau raden mau saya bisa menyediakan seorang pemuda ataupun gadis yang tak kalah menarik untuk menemanimu" ucap Pak Tua. Ucapan itu membuat pemuda cakap itu pelototkan mata.
"Prang" kendi kecil dibantingnya kelantai hingga pecah. Plak tangan kanan menampar pipi pak tua. Para pelayan baik yang lelaki maupun perempuan tampak ketakutan.
"Kau pikir dirimu siapa berani mencegahku bersenang-senang dengan orang yang kuinginkan" ucap si pemuda sambil kembali mengusap-usap perut Abhinaya. Kembali Lingga mendelik, rasa cemburu membakar dadanya.
Asta cuek saja, dia tau kalau Abhinaya pasti lakukan sesuatu untuk mencegah keributan yang bisa menarik perhatian orang-orang. Sanjaya sendiri cuma melongo bingung mau berbuat apa. Abhinaya cepat pegang tangan yang mengusap perutnya dengan tangan kiri, dengan wajah dibuat sesantai mungkin tangan itu ditariknya tanpa melepas genggamannya. Tangan kanannya menyusup ke balik bajunya dan begitu keluar tampak sebuah kipas hitam kemerahan telah terbuka, tangkainya yang berwarna hitam menebar harum semerbak. Lalu kipas itu di kipaskan ke wajahnya membuat rambutnya yang panjang berkibar. Angin sepoi sejuk nan harum bertiup ke wajahnya juga wajah si pemuda mabuk.
"Ah kenapa mataku menjadi berat, aku benar-benar mengantuk, ah aku ingin tidur tapi aku juga ingin terus bersamamu" si pemuda mabuk menceracau tak menentu sebelum akhirnya dia terduduk di salah satu kursi lalu menjelepok tertidur disana. Abhinaya tutup kipasnya, lalu kipas itu di tepukkannya berulang kali ke telapak tangan kirinya. Lalu dia melangkah mendahului Asta, Lingga dan Sanjaya masuk ke penginapan. Lingga paling terakhir berjalan karena dia masih memandang si pemuda mabuk yang tengah tertidur dengan geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARA BERDARAH (SELESAI)
Viễn tưởngwarning : cerita bergenre gay love 18+ dengan sentuhan silat, homophobia silahkan mundur SINOPSIS: Abhinaya Bayu seorang pendekar tangguh harus terlibat kisah asmara yang rumit dan berdarah dengan Lingga Putra seorang pangeran dari Kerajaan Lokajaya...