1600

1.6K 117 28
                                    

Chapter Tambahan:

"Seribu enam ratus tahun, aku masih mengingatmu. Aku masih ingat sorot mata elangmu ketika menatapku. Raut wajah kerasmu ketika memarahiku, atau justru pancaran mesra ketika kau memeluk dan menciumku. Lalu rompi pendek yang tak menutupi perutmu. Ah belum puas aku menikmati semua itu. Abhinaya? Kapankah kau kembali untuk berjodoh denganku?" Pemuda delapan belas tahun itu merintih sendiri di kamarnya yang sunyi. Jam menunjukkan pukul 3 pagi, dia tersentak bangun oleh mimpi yang sama yang selalu hadir sejak dia mampu berpikir dan merasa.

Pemuda itu bernama Liber Nanda Putera, usianya jalan delapan belas tahun dan tengah menantikan kelulusan SMA nya. Namun entah mengapa, sejak dia akil baligh dia menyadari bahwa dia bukanlah Liber Nanda yang sesungguhnya. Ada sisi lain di dalam dirinya, ya! Dia yakin seyakin yakinnya kalau dia pernah hidup sebelumnya, hidup di masa 1600 tahun silam. Dia tidak tau kenapa bisa lahir dan hidup kembali setelah jangkauan jarak waktu yang diluar nalar itu. Hanya saja dia kini sadar, ada satu mimpi, ada satu asa, dan ada satu tugas yang harus dilakukannya, yaitu mencari jodoh dan kekasihnya yang tertunda.
***

Malam minggu Liber bersama temannya Zul jalan berdua ke pasar malam. Sudah tiga hari kampung mereka itu di meriahkan hiburan langka itu.
"Buset, ramai bener" Ucap Lingga.

"Maklum, udah lama kampung ini gak disinggahi pasar malam" Jawab Zul.

Lingga dan Zul lalu berkeliling menonton orang bermain lotre.

"Mau coba?" Ajak Zul.

Liber menggeleng, "sayang duitnya. Ruginya lebih banyak daripada untungnya"

"Jadi kita main apa? Masakan cuma mondar-mandir doang?" Celetuk Zul.

Liber sendiri cuma diam karena jujur saja dia sedang tidak mood, kalau bukan karena Zul yang memaksa, dia ogah keluar malam ini.

"Ya ampun, imut banget?" Seru Zul kegirangan.

"Apanya?" Tanya Liber heran.

"Itu Ber, kuda-kudaan nya lucu banget. Naik itu yuk" Ucap Zul sambil menarik tangan Liber.

"Pluk" Liber menimpuk kepala temannya itu.
"Sialan kau! Ingat umur, Malu sama jembut. Itu untuk anak-anak, bego! Bisa-bisa tuh kuda patah kalau kita tunggangi"

Zul cengengesan sambil memandang gemas pada permainan kuda-kudaan berputar itu.

"Ya udah, lihat tong setan saja" Ajak Zul. Kini dua berondong itu melangkah menuju tabung silinder semi kerucut raksasa yang tengah ramai dikerumuni manusia. Tong setan adalah primadona di tiap pasar malam. Setelah berhasil membeli tiket, Liber dan Zul segera naik meniti tangga ke puncak tong setan.

Di bawah sana penjaga pintu menutup pagar pertanda kapasitas telah penuh. Itu artinya atraksi tong setan segera dimulai. Liber melongokkan wajahnya memandang kebawah, dua buah sepeda motor RX-King dan sebuah sepeda terparkir. Ada tiga orang di bawah sana. Seorang bapak-bapak yang mungkin sebagai pemandu, seorang pemuda bertato lalu bocah belasan tahun.

Beberapa detik kemudian masuk lagi seorang pemuda gondrong sebahu memakai masker dengan telinga kiri dicanteli tindik dan anting, semua penonton bertepuk tangan. Mau tak mau Liber dan Zul ikut bertepuk tangan pula. Agaknya pemuda bermasker itulah bintangnya.

Pemuda bermasker lambaikan tangannya ke arah penonton sambil menatap berkeliling.

Deg...deg...deg..deg

ASMARA BERDARAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang