Kelebatan masa lalu itu tak terasa membuat kedua mata Abhinaya berkaca-kaca, airmatanya pun jatuh. Tatkala didengarnya suara Asta terbatuk, cepat-cepat dihapusnya air mata itu.
"Abhi, kenapa kau menangis" Suara Asta terdengar lemah. Dia tekah sadar rupanya.
"Setelah melihat keadaanmu yang sekarat, kenapa kau masih bertanya alasan ku menangis?" Ucap Abhinaya.
"Aku belum mati. Ah tak kusangka ternyata kau bisa menangis juga karena aku" Ucap Asta, dia mencoba bangkit untuk bersandar di dinding. Abjinaya cepat membantunya.
"Kau tidak boleh mati Asta. Kalau kau mati lalu aku bagaimana? aku tak mau hidup sendiri" Ucap Abhinaya sambil menyeka keringat dingin di dahi Asta.
Asta tersenyum kecil, walau tubuhnya masih lemah namun merasakan sentuhan Abhinaya barusan seolah dia mendakatkan kekuatan maha dahsyat.
"Abhi? Apakah untuk mendapatkan perhatianmu seperti ini, aku harus hampir mati dulu?" Ucap Asta. Sungguh, sejak dia mengakui perasaannya pada Abhinaya kepada Lingga. Kini Asta sadar dia harus lebih terbuka mengenai isi hatinya.
Abhinaya terdiam, rasa haru dan terenyuh sekaligus rasa bersalah bermain di dadanya. Dia kini sadar bahwa Asta memang mencintainya. Dalam benaknya dia tidak dapat membayangkan seberapa kuat dan seberapa sakitnya perasaan Asta selama ini melihat kedekatannya dengan Prima. Dengan berbesar hati Asta mendukung hubungan mereka berdua tanpa menunjukkan secuilpun rasa cemburu. Membayangkan itu semua kembali air mata Abhinaya tumpah.
Satu usapan menyeka air matanya. Asta yang melakukannya.
"Jangan menangis Abhi. Itu sungguh melukai hatiku, aku lebih rela melihat dewa murka padaku daripada melihatmu menangis" Ucap Asta.
"Baru ku tau ternyata kau juga jago menggombal" Ucap Abhinaya sambil tersenyum, cepat-cepat dia mengusap matanya yang berkaca-kaca.
"Kau lapar? kau pingsan hampir empat hari, pastilah perutmu lapar"
"Nanti dulu! Kita ada di mana?" Asta bertanysbsambil memandangi sekitar kamar.
"Di pondok kayu seorang sahabat yang baik hati. Dia yangtekah menyelamatkan kita. Sudah, jangan cerewet dulu. Aku akan mengambilkan makanan untukmu, setekah itu kau istirahatlah. Aku akan mengalirkan tenaga dalam dan hawa kurniku padamu"
***Dua pemuda duduk bersila. Abhinaya tengah mengalirkan tenaga dalam dan hawa murni kepada Asta, bertepatan dengan itu, Varsha telah kembali. Pemuda berwajah menyejukkan itu sudah seharian ke kota raja untuk membeli beberapa keperluan.
Banyak kabar yang diserapnya di kotaraja, dan dia ingin menyampaikan semua itu kepada Abhinaya. Sebelumnya Abhinaya dan Varsha telah sempat berbicara sedikit mengenai latar belakang dan peristiwa yang di alami. Varsha percaya akan kejujuran Abhinaya.
Abhirama Varsha memang memiliki kesaktian yang jarang dimiliki oleh orang kain, selain ilmu Hawa Dewa dia juga memiliki kemampuan untuk mengukur tenaga dalam seseorang, juga memiliki kepandaian untuk membaca kejujuran seseorang. Selama ini semua kesaktiannya terkunci totokan sakti namun Abhinaya telah menolong melepaskan totokan itu.
"Sudah sadar ternyata temanmu itu Abhinaya" Ucap Varsha ramah.
Asta da Abhinaya hentikan sejenak meditasi mereka.
"Nah dialah Asta yang telah menolong kita. Namanya Abhirama Varsha. Nama yang bagus bukan?" Ucao Abuinaya.
"Indah sekali namamu sahabat. Terima kasih telah menyelamatkan selembar nyawaku"
"Tak usah sungkan. Kau masih perlu beristirahat untuk memulihkan tenaga yang hilang"
Varsha pun pergi ke dapur untuk membereskan barang bawaannya. Abhinaya dan Asta kembali bersemedi. Setelah selesai mereka bertiga kembali saling berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARA BERDARAH (SELESAI)
Fantasiawarning : cerita bergenre gay love 18+ dengan sentuhan silat, homophobia silahkan mundur SINOPSIS: Abhinaya Bayu seorang pendekar tangguh harus terlibat kisah asmara yang rumit dan berdarah dengan Lingga Putra seorang pangeran dari Kerajaan Lokajaya...