Gugurnya Seorang Ksatria

1.1K 91 12
                                    

Abhinaya merasa jenuh, hanya bisa berbaring dengan tubuh terikat. Sudah tiga hari dia melewati waktu seperti itu, kadang kala jika Lingga datang barulah dia didudukkan. Sungguh itu semua membuat tubuhnya pegal dan nyeri. Selama hari itu pula Lingga berulang kali mengatakan cinta, Abhinaya muak sekali.

"Jika kau cinta, kau tak akan memperlakukanku seperti ini. Seperti budak nafsu. Lagi pula kau telah selingkuh di belakang istrimu" Ucapnya.

"Aku tidak berselingkuh, karena kaulah yang seharusnya menjadi pendampingku. Aku tak akan melepaskanmu Abhi, aku tak mau kau kembali kepada Asta" Ucap Lingga.

"Kau cemburu buta, Asta dan aku hanyalah saudara angkat"

"Tapi dia mencintaimu. Di dunia ini tidak ada yang boleh mencintaimu selain aku!" Lingga berucap lantang, sorot matanya berapi-api, ada kebencian kepada Asta yang hebat terpancar.

"Kau gila. Cintamu itu gila!" Ucap Abhinaya. Memang dia sendiri mencintai Lingga, tetapi melihat sikap Lingga yang teramat posesif dan pencemburu itu, dia benar-benar merasa ngeri.

"Aku memang gila! Gila karena mencintaimu. Siapapun itu, jika ada yang berani mendekatimu akan ku bunuh. Entah itu Asta, ataupun yang lainnya" Kembali Lingga berucap keras.

Abhinaya kini justru merasa jika Lingga berubah laksana iblis pencemburu yang siap menerkam orang terdekatnya. Abhinaya diam-diam bergidik ngeri.

Lingga senyumkan bibirnya, lalu seperti biasa dia mulai mencumbui Abhinaya. Mencium, mencecap, meraba, menyentuh lalu menindih. Ketika dua tubuh itu akan bersatu. Tiba-tiba terdengar suara bergedubrak di depan, disusul suara pertarungan hebat. Lingga marah sekali ada yang mengganggu kebersamaannya dengan Abhinaya. Cepat dia menyambar dan mengenakan pakaiannya kembali.
***

Sebelumnya dituturkan jika Asta dan Varsha mencari keberadaan Abhinaya. Mereka menemukan jejak pertempuran antara Abhinaya dan para Asasin. Dengan menggunakan kesaktiannya, Varsha menerapkan ilmu Mencium Raga Di Dalam Udara, ilmu yang mampu menjajaki keberadaan seseorang hanya dengan menggunakan penciuman pada darah Abhinaya yang mereka temukan di tempat pertempuran.
Setelah tiga hari, barulah mereka berhasil menemukan tempat Abhinaya di sekap.

"Kau yakin Abhinaya ada di dalam pondok itu" Ucap Asta pada Varsha. Mereka mengintai dari balik semak belukar.

"Aku yakin, penciumanku membaui ada Abhinaya di dalam sana" Ucap Varsha.

Asta bersiap bangkit ingin menerobos. Namun Varsha mencegah.

"Nanti dulu! Kita lihat keadaan. Abhinaya berilmu tinggi, jika dia berhasil diringkus, berarti ada pendekar hebat yang melakukannya" Ucap Varsha. Saat itulah dari dalam pondok berjalan keluar seorang berpakaian biru membawa busur.

"Kau kenal dia?" Tanya Varsha.

"Pendekar Tiga Laut, dia salah satu tokoh silat istana" Jawab Asta.
"Aku akan menerjang Pendekar itu, kau masuklah dari pintu belakang, memeriksa ke dalam" Selesai bicara, Asta langsung keluar dari semak dan melesat menuju depan pondok.

Varsha sendiri bergerak secara cepat dan sembunyi menuju belakang pondok.

"Pendekar Tiga Laut! Dimana Abhinaya?" Seru Asta, begitu kakinya menjejak tanah tujuh langkah di hadapan Laut.

Pendekar Tiga Laut mendelik kaget tak menyangka tempat itu diketahui orang. Meski kaget, dia langsung waspada dan mencoba bersikap tenang.

"Kau? Buronan kerajaan, tak dicari datang sendiri. Kau bicara ngawur, disini tidak ada sahabatmu itu" Kilahnya.

"Kau dusta. Mungkin tunggu pedangku ini menggores kulitmu baru kau bisa berkata jujur" Asta berucap sambil melafal aji pemanggil peti pedangnya. Cahaya kehitaman menyeruak di punggungnya. Begitu sinar itu musnah tampak peti tujuh pedangnya menempel di sana. Asta cepat mengetuk dinding kiri peti, dinding itu terbuka disertai menyeruaknya satu gagang pedang. Asta cepat menarik dan menghunuskan pedang itu.

ASMARA BERDARAH (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang