"Kijang itu milikku!" bentak Abinaya sambil matanya menatap tajam kearah Kijang yang memang tertancap 2 anak panah. Satu anak panah adalah miliknya dan satu lagi milik Pemuda asing di hadapannya.
"Tidak bisa! Kijang itu punyaku" Ucap pemuda asing itu tidak mau mengalah. Pemuda berpakaian biru itu menunjuk kijang dengan busur panahnya. Wajahnya yang tampan tampak menyiratkan ketegasan.
"Apa matamu buta? Jelas-jelas di leher kijang itu ada anak panahku!" Sengit Abhinaya.
"Kau juga buta! Di dada kijang itu juga ada anak panahku!" Ucap pemuda tampan itu pula. Perutnya mulai keroncongan karena lapar.
Abhinaya kesal sekali.
"Baik, aku tak mau ribut! Kita bagi dua saja kijang itu" Tawar pemuda baju biru.
"Enak saja! Kijang itu untukku dan temanku, kau cuma sendirian, silahkan kau cari buruan lain, atau jika kau benar-benar kurang makan cabut saja keladi hutan" Tolak Abhinaya dengan garang.
"Kau jangan kelewat rakus kawan, dibagi tiga pun kijang itu tetap lebih dari cukup sebagai pengganjal perut" Pemuda itu terus menawar.
Abhinaya mulai kesal.
"Baik, kijang itu akan ku serahkan padamu, tapi sebelum itu kau harus kalahkan aku dulu"Abhinaya yang sudah geram langsung saja melompat sambil babatkan busur panah ke depan wajah si pemuda baju biru itu. Pemuda itu terkejut dan cepat bersurut mundur membuat busur panah itu lewat sejengkal di depan hidungnya.
Abhinaya kembali lancarkan serangan kedua, kali ini busur diputar sedemikian rupa di tangan lalu cepat dihantamkan ke ubun-ubun lawan. Pemuda baju biru sadar bahwa lawannya benar-benar ingin menghajarnya, maka daripada celaka pemuda itu menangkis dengan busurnya pula. Kejap kemudian terjadi pertempuran hebat bersenjatakan busur. Suara sabetan dan benturan Busur panah diiringi angin berkesiuran.
Abhinaya yang semula anggap enteng mau tak mau jadi terperangah karena si baju biru ternyata lihai dan tangguh.
"Prakk" Kedua busur itu patah ketika kembali beradu karena tak sanggup menahan benturan yang disertai aliran tenaga dalam.
"Kurang ajar! Kau merusak busurku" Marah sekali Abhinaya.
"Sudahlah, busurku juga patah. Kita akhiri pertengkaran ini. Aku mengalah, kijang itu untukmu" Ucap si Baju Biru yang malah membuat Abhinaya merasa diremehkan dan dikasihani.
"Kurang ajar! Kau menghinaku? Akan ku cincang kau dengan pedang angin" Abhinaya langsung menggebrak keluarkan serangan angin yang berbahaya. Telapak tangan terbuka laksana kipas. Wusss! Satu gelombang angin laksana sabit menyeruak keluar.
Si baju biru kaget tak menyangka si pemuda lawannya benar-benar mau membunuhnya, dia cepat mengelak."Srettt! Crass!" Serangan pedang angin lewat dan membabat satu cabang besar sebuah pohon hingga putus dan ambruk.
Si Baju Biru tampak terkesiap, wajahnya langsung kaget. Tak terbayang kalau tubuhnya yang kena sambar oleh angin itu.
Si Baju Biru tak bisa berlama-lama terpaku karena telinganya yang tajam kembali mendengar suara angin berkesiuran. Pemuda ini segera jatuhkan diri sama rata dengan tanah, serangan angin lewat tiga jengkal diatas tubuhnya. Si pemuda cepat melompat melesat ke udara. Tubuhnya menebar kabut berwarna biru yang tebal. Kabut biru itu cepat menebar kesegala arah. Abhinaya kesal karena tak mampu melihat apapun selain dinding kabut."Pengecut, apa kau pikir kabut busukmu ini bisa menipuku?" Abhinaya keluarkan kipas bajanya lalu disapukannya ke segala arah dengan memutar tubuhnya, laksana ada topan, kabut biru terbang terbawa angin dahsyat itu. Begitu kabut biru punah Abhinaya langsung mengedarkan mata ke sana ke mari mencari sosok lawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARA BERDARAH (SELESAI)
Fantasywarning : cerita bergenre gay love 18+ dengan sentuhan silat, homophobia silahkan mundur SINOPSIS: Abhinaya Bayu seorang pendekar tangguh harus terlibat kisah asmara yang rumit dan berdarah dengan Lingga Putra seorang pangeran dari Kerajaan Lokajaya...