Asta dan Abhinaya tak tau sudah berapa lama mereka menyelami sungai, begitu kepala mereka menyembul dari air mereka sudah dapati diri berada di tengah hutan berpohon lebat. Mereka berdua menepi, beberapa tombak dipinggir sungai tampak mulut gua batu lebar yang menganga di bukit batu. Goa yg tidak dalam namun lebar.
Asta dan Abhinaya cepat totok beberapa titik edar darah ditubuhnya untuk mengusir hawa racun pembangkit birahi yang sudah menjalar dalam darah mereka dan mengotori otak mereka. Semua totokan mereka sia-sia. Darah mereka semakin kencang mengalir. Asta melirik pada Abhinaya, pakaian Abhinaya yang basah dengan perut terbuka mencetak jelas lekuk tubuh Abhinaya. Gairah birahinya semakin terbakar melihat pemandangan itu, Asta rasakan dadanya meneyesak. Abhinaya juga lakukan hal yang sama. Menatap Asta dengan pandangan prihatin.
"Racun ini akan membunuh kita, jika kita tidak segera mencari orang untuk..." ucapan Abhinaya terhenti, nafsu semakin berkobar membakar dadanya.
"Mencari orang di hutan ini? Untuk bersetubuh memunahkan hawa racun selama 3 hari 3 malam?" Asta berbicara dengan terengah-engah, kejantanan dibawah perutnya telah tegak mengeras. Abhinaya tau itu, mencari pelayan birahi dihutan ini suatu kesia-siaan. Beda ceritanya jika mereka masih di kotaraja. Namun jika racun ini tidak dipunahkan maka nyawa mereka berdualah yang jadi taruhan, adapun cara memunahkan racun adalah bersetubuh lima kali sehari, selama 3 hari. Abhinaya rasakan pikirannya tak lagi jernih pandangan matanya nanar karena nafsu, tubuhnya ambruk terbaring ditanah, mulut merintih tak tentu.
Asta yang masih sanggup berdiri, rasakan matanya silau melihat tubuh Abhinaya yang terbaring, apalagi jelas dilihatnya di selangkangan Abhinaya juga telah menggunduk menegak keperkasaannya.
"Ah aku tidak tahan lagi, tapi dia sahabatku?" kata hati Asta meronta. Namun dorongan nafsu itu tiba-tiba makin menggunung dan akhirnya meledak dia tak sanggup menahannya lagi. Sekali melompat dia sudah berada di samping Abhinaya, ikut berbaring. Asta benar-benar tak terkendali. Wajahnya mendekat ke pipi Abhinaya dan menciumi pipi itu, Abhinaya sendiri yang dilanda birahi yang tak kalah dahsyat meski meronta namun tak kuasa menolak. Bahkan ditariknya tubuh Asta ke atas tubuhnya. Dan dua wajah itu telah saling menghujani ciuman terutama Di bibir dan leher. Karena Racun Pembangkut Birahi keduanya telah kehilangan kesadaran.
Asta melumat bibir Abhinaya sambil mengerang halus, puas menjilat dan mengecupi bibir, lidahnya turun ke leher kuning milik Abhinaya, dan kembali dia menciumi leher itu hingga menimbulkan bekas kemerahan. Tangannya mulai nakal membuka satu persatu tali yang mengancing rompi pendek Abhinaya, kejap kemudian Abhinaya telah bertelanjang dada, tangan Asta telah mengusap perut dan pusar Abhi, Abhinaya sendiri tak tinggal diam segera ditarik dan lepasnya pakaian Asta. Kedua tubuh gagah itu kembali saling memeluk dan mengusap. Lidah Asta bermain-main di kedua dada Abhinaya sedangkan tangannya mengusap perut gagah tapi mulus milik Abhinaya. Abhinaya mengerang menahan geli dan sejuta nikmat. Hingga dirasakannya satu tangan telah menelusup ke balik celananya, dan tepat mengusap kejantanannya yang sudah menegak.
Asta semakin meledak gelora, tanpa tunggu lama dilepaskannya sabuk dan celana Abhinaya, kini tubuh Abhinaya benar-benar polos telanjang bulat. Untuk kali pertama Asta menyaksikan tubuh telanjang temannya itu, kulit kuning langsat nan menyilaukan dengan paha kokoh dan kaki jenjang. Tanpa pikir panjang Asta membenamkan wajahnya ke selangkangan Abhinaya, mengulum kontol perkasa milik Abhinaya dengan nafsunya. Abhinaya tubuhnya mengehentak kelojotan oleh rasa nikmat. Dirasakannya sedotan Abhinaya semakin lama semakin kuat di sana. Abhinaya pun semakin menggelegak di tariknya kepala Abhinaya yang tengah mengulum kontolnya itu lalu di baliknya badannya hingga kini Abhinaya yang berada di atas, Abhinaya benar-benar menjadi buta, dibukanya celana panjang milik Asta. Begitu lepas dengan celana dalamnya, Abhinaya melihat sesuatu yang besar, keras dan tegak telah mengacung gagah. Kontol milik Asta. Cepat sekali Abhinaya raih keperkasaan itu, mengocoknya lalu menjilat dan menghisapnya kuat-kuat. Asta rasakan seolah melayang ke langit, kenikmatan yang luar biasa, terdengar desahan halus dari mulutnya. Berulang kali dia gerakkan pinggulnya membuat kontolnya semakin bergesekan dengan bibir Abhinaya. Asta tak tahan lagi, gantian Abhinaya ditindihnya lagi dan diangkatnya kedua kaki Abhinaya keatas pahanya, diangkatnya pinggul Abhinaya sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARA BERDARAH (SELESAI)
Fantasiwarning : cerita bergenre gay love 18+ dengan sentuhan silat, homophobia silahkan mundur SINOPSIS: Abhinaya Bayu seorang pendekar tangguh harus terlibat kisah asmara yang rumit dan berdarah dengan Lingga Putra seorang pangeran dari Kerajaan Lokajaya...