"Abhinaya, ampuni aku. Aku terlampau berdosa padamu!" Di ujung pertemuan itu Prabu Kalanarta jatuhkan diri di hadapan Abhinaya, dia berlutut, bahkan mencium kaki Abhinaya.
Abhinaya merasakan dadanya sesak, matanya memanas."Percuma Kalanarta. Maafmu itu tak akan membuat Afrianta dan Prahastana hidup kembali" Abhinaya sentakkan kakinya, lalu dia segera meninggalkan tempat itu dan berlari menuju makam Prahastana dan Afrianta.
"Abhi, tunggu!" Seru Lingga. Dia segera berlari menyusul, Lingga juga merasa perlu meminta maaf.
Varsha juga berniat menyusul, namun Empu Jagatnata mencegah."Biarkan mereka dulu Varsha! Para Dewa di langit tengah menyiapkan hadiah kecil buat mereka"
Varsha kembali duduk di kursinya.
"Prabu Kalanarta, tak keberatankah kau aku mandikan di tepi telaga sana? Aku akan membacakan mantera penangkal dan pemunah guna-guna agar pengaruh ilmu Kesumat Sejagat yang merasukimu itu musnah" Ucap Empu Jagatnata.
"Aku bersedia Empu. Jika negeri Lokajaya kembali kepadaku dalam keadaan tentram, aku akan serahkan tahta kepada Lingga. Aku akan memutuskan menjadi Pertapa meninggalkan urusan dunia untuk menebus dosa dan menanti karmaku"
Empu Jagatnata segera ucapkan puji syukur kepada Dewa Agung. Lalu kedua orang itu, diikuti Senopati Randuwiku, Panglima Garung, Malaikat Putih juga Resi Marendra melangkah menuju telaga di depan pondok.
Sampai di telaga, para orang kepercayaan Prabu Kalanarta cepat bentangkan kain sebagai dinding tabir penghalang mata di sekitar telaga. Prabu Kalanarata tanggalkan seluruh pakaian dan mahkotanya. Kini dia bertelanjang bulat, duduk bersila diatas sebilah kayu, mata terpejam.
Empu Jagatnata rapalkan ajian, mendadak saja ditangannya muncul bunga-bunga ghaib yang langsung ditebar ke atas permukaan telaga. Air telaga menjadi harum bukan main, dengan gayung batok. Empu itu pun mengguyurkan air telaga ke kepala Prabu Kalanarta juga sekujur tubuhnya.
***Abhinaya jatuhkan diri di sisi makam Asta, dia menangis sesenggukan di sana. Tangannya memeluk peti pedang yang menjadi nisan.
"Asta! Mengapa nasibku harus seperti ini? Apa yang harus ku lakukan agar aku bisa bahagia? Bahkan seekor binatangpun kini lebih bahagia dibanding diriku? Apakah aku tidak berhak untuk bahagia bersama orang-orang yang ku cintai?" Tangisan Abhinaya kembali jatuh.Mendadak satu angin berkesiuran sejuk, Abhinaya merasakan ada yang menepuk dan memegang pundak kanannya. Abhinaya angkat wajahnya lalu menoleh. Begitu dia menoleh, satu wajah gagah dengan sepasang mata bagus dan tegas tengah menatap hangat padanya. Wajah itu begitu damai dengan senyum indah melukis bibirnya. Abhinaya seakan mimpi melihat sosok wajah itu. Lalu diapun menangis. Menangis karena rindu dan bahagia. Tak perlu waktu lagi, dia langsung memeluk sosok itu. Yang dipeluk balas dengan pelukan erat.
"Abhi" Suara sosok itu ternyata begitu menentramkan.
"Asta! Jangan pergi lagi Asta. Tetaplah disini. Mari kita hidup bersama. Kita mulai lagi semua dari awal"
"Abhi, aku datang hanya sekejap. Aku ingin menghiburmu, Abhi. Aku tersiksa mendengar tangisanmu itu. Ketika Dewa Agung memberikan kesempatan untuk bertemu denganmu walau sesaat, rasanya aku begitu bahagia seakan hidup selamanya"
"Jadi, jadi kau tidak hidup lagi?" Tanya Abhinaya. Dia lepaskan pelukannya, dia menatap sorot mata Asta.
"Aku kini hanyalah sebatas roh, lihatlah, kakiku tidak menyentuh bumi, dan aku tidak memiliki bayangan" Jelas Asta.
Abhinaya perhatikan kaki Asta, benar saja, sosok itu tidak menyentuh bumi dan juga tidak memiliki bayangan.
"Aku tidak perduli. Apapun dirimu, kau tetap Prahastanaku" Abhinaya kembali memeluk sosok itu. Roh Asta balas pelukan itu. Abhinaya tenggelam dalam pelukan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/222046153-288-k651820.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARA BERDARAH (SELESAI)
Fantasíawarning : cerita bergenre gay love 18+ dengan sentuhan silat, homophobia silahkan mundur SINOPSIS: Abhinaya Bayu seorang pendekar tangguh harus terlibat kisah asmara yang rumit dan berdarah dengan Lingga Putra seorang pangeran dari Kerajaan Lokajaya...